Monday, December 26, 2011

randomly travelicious

0 comments
Mood menulis sedang jaya banget sepertinya nih. Bagus deh soalnya masih banyak cerita jalan-jalan yang belum ditulis :s. Tapi sekarang saya belum mau nulis soal cerita jalan-jalan, tapi lebih kepada hal-hal yang masih berkaitan dengan liburan, apa sajakah itu? 


Pentingkah membeli buku panduan perjalanan saat merencanakan liburan?
Menurut saya cukup penting. Dari buku panduan perjalanan kita bisa tau tempat-tempat apa saja yang wajib dikunjungi, bagaimana budaya yang ada di daerah/negara yang akan kita kunjungi, hal-hal kecil apa yang mungkin dapat membantu atau mungkin menyusahkan kita saat traveling. Buku panduan perjalanan ini mempunyai peran yang juga penting saat kita ingin membuat travel itinerary and budget

Bukankah dengan internet saja sudah cukup?
Pencarian di internet memang membantu, apalagi situs-situs seperti TripAdvisor, tapi biasanya saat merencanakan perjalanan, saya membaca buku panduan terlebih dahulu, lalu melakukan listing tempat-tempat yang ingin dikunjungi, baru searching di internet. Yang paling penting sih mencari peta daerah/negara tujuan. Lewat peta kita bisa mengelompokkan tempat-tempat yang ingin kita datangi. Jadi bisa tau mana tempat yang pas dikunjungi di hari pertama traveling, mana yang lebih cocok dikunjungi di hari kedua dan seterusnya. 

Seberapa penting membuat itinerary sebelum traveling?
Kalau waktu traveling cukup panjang, banyak tempat yang ingin dikunjungi, dan perkiraan biaya yang cukup besar, ada baiknya membuat itinerary sebelum berangkat. Gunanya untuk meng-efisiensikan waktu dengan sebaik-baiknya, biar kesampaian semua destinasi impiannya. Ngga mau rugi kan udah bayar tiket pesawat dan akomodasi mahal-mahal ternyata ngga kesampaian mendatangi semua tempat seru. Memang sih, ngga salah juga kalau jalan-jalannya yang impulsif, tanpa tujuan, ikutin kemana hati mau dan kaki melangkah. Ngga kalah seru kok. Justru suka banyak kejutan yang tak terduga terjadi kalau lagi jalan-jalan impulsif. Saya sendiri beberapa kali bikin itinerary  kadang juga ngga. Kalau hanya pergi saat weekend ke kota yang deket-deket aja sih, biasanya impulsif. Tapi kalau cukup banyak biaya yang dikeluarkan, saya ngga mau rugi, pasti bikin itinerary dulu, biar kesampaian semuanya. Tapi kalaupun ada yang ngga kesampaian yaudah dinikmati aja, namanya juga liburan ;)

Tips lainnya?
Bikin travel itinerary sekalian dengan bujet jalan-jalannya, jadi bisa prepare berapa uang yang perlu dibawa saat liburan. Ngga mau kan pulang liburan jadi kere dan ngga bisa makan? :p Saya juga biasa membuat catatan pengeluaran dengan detil saat traveling. Jadi kalau ada temen yang nanya "Kemarin ke Bangkok abis berapa?" saya bisa nunjukin catatan pengeluarannya :D
Read full post »

sehari keliling Bandung

0 comments
Kota Bandung tak hanya terkenal dengan factory-factory outlet-nya, tapi juga dengan kulinernya yang begitu beragam. Sepertinya ngga ada makanan yang ngga enak deh di Bandung. Mulai dari jajanan pinggir jalan, keripik, sampai makanan berat, dari makanan tradisional sampai internasional, semua enak. Sekarang kalau kita ke Bandung, jangan lupa sempatkan menyambangi tempat-tempat makan baru. Biasanya tempat-tempat makan ini berbentuk cafe dengan desain interior yang cantik, menyajikan makanan dan minuman lezat dengan harga yang cukup ramah di kantong.

Sabtu, 17 Desember yang lalu, saya dan Dinad pergi ke sehari ke Bandung demi mencicipi makanan-makanan enak. Berangkat jam 09.00 dari Gambir naik kereta Argo Parahyangan kelas eksekutif (Rp80,000). Keretanya nyaman sekali, kamar mandi bersih dan AC-nya cukup dingin. Pilihan alternatif transportasi yang tepat jika sedang malas bawa mobil ke Bandung. Dibandingkan naik travel, naik kereta memang lebih enak, ngga pegal-pegal karena kelamaan duduk serta bisa menikmati pemandangan bukit dan sawah yang serba hijau. Dan yang mencengangkan adalah di bawah meja ada stop kontak, untuk charger Blackberry atau laptop. Masih bisalah update Twitter tanpa harus khawatir kehabisan baterai Blackberry :D




Perjalanan dengan kereta memakan waktu 3.5 jam. Memang cukup lama, tapi sampai di Bandung masih segar, karena bebas pegal-pegal. Hehehe. Dari stasiun ke destinasi tempat makan pertama, kami naik taksi.  Kalau di Bandung, taksi yang pakai argo adalah Blue Bird (022-7561234) dan Gema Ripah (022-421707) yang bisa dipesan by phone atau cegat di pinggir jalan. Kemarin sih sempet liat taksi Putra juga. Ngga tau deh tuh pake argo atau ngga. Argo Blue Bird ke daerah Ahmad Yani, Bandung sekitar Rp30,000. Kami memilih taksi karena lokasi destinasi pertama yang cukup jauh dari stasiun. Biar cepet aja.

1st Destination: IBCC Food District
IBCC adalah kompleks pertokoan keramik dan saniter (seperti kalo di Jakarta itu di daerah Panglima Polim), disini ada Ace Hardware, Index Furnishing dan Electronic Solution, one stop shopping center konsepnya. Nah, kebetulan dari tanggal 8-24 Desember 2011 lagi ada festival makanan yang memang udah jadi acara tahunannya IBCC. Tempat parkir IBCC disulap jadi lorong penuh berbagai booth-booth makanan, minuman dan jajanan enak. 

Disini kami ketemu sama Teh Sasya. Teh Sasya itu temennya Dinad, mereka sama-sama jadi ibu gurunya @SoalBowBow. Teh Sasya kerja di management-nya IBCC. Pemilik situs SurgaMakan ini dedengkotnya kulineran Bandung, jadi, pas kami sampai sana, langsung diajak muter-muter liat booth-booth sambil dikasitau yang enak-enak apa aja. Kami nyobain Sate Ayam dan Sate Sapi di booth Sate Ayu, (sate sapinya empuukk), terus beli Es Krim Cincau (es cincau ditambahin es krim), Bola Ubi (Ubi dibikin bulet-bulet tapi isinya kosong kaya tahu pong. Enak bangeeet!), Takoyaki yang berasa isinya bukan cuma tepung doang, terus nyobain DimSum sama Kue Kentang Almond. Langsung kenyang lho, padahal makannya berdua sama Dinad. 


Disini kami juga beli Tongkol Setan buat dimakan sama nasi panas kalau udah sampai rumah. Tongkol Setan ini sebenernya adalah tongkol disuwir-suwir, dimasak pake cabe terus dikemas di plastik. Kalau mau makan tinggal dipanasin, karena udah matang. Ada tingkatan pedesnya juga. Kalau mau liat penampakannya kaya apa dan mau pesan, bisa langsung cek twitternya @TongkolSetan. Makan-makan di IBCC Food District ini kami abis sekitar Rp108,500 berdua.

2nd Destination: Prima Rasa
Kenyang di IBCC lanjut ke Prima Rasa, beli oleh-oleh buat orang kantor dan orang rumah. Naik taksi didrop sama Teh Sasya yang mau pulang ke rumah. Pasti udah pada tau kan jual makanan oleh-oleh apa aja di Prima Rasa, andalannya sih Brownies Panggang. Saya suka banget Brownies Panggangnya Prima Rasa bila dibandingkan dengan Kartika Sari. Lebih moist dan rasanya pas, tidak terlalu manis, tapi memang harganya cukup mahal, sekitar Rp45,000. Selain itu yang patut dicoba adalah Cheese Roll (Rp24,000), Cheese Stick (Rp25,000), Picnic Roll, Roti Keju Smoked Beef dan tentu saja Pisang Molen. 

Ada lagi cerita kocak pas kami di Prima Rasa. Mendadak tas ranselnya Dinad retsletingnya jebol! Walaupun tas udah jebol, tetep lho si Dinad sempet-sempetnya beli Tahu Pletok favoritnya, yang jualan di depan Prima Rasa. Tahu pletok ini, tahu dipakein tepung, digoreng, makannya pake sambel kecap, enaaakk.. :)  Harga satuannya Rp3,000. 

3rd Destination: Origin House & Kitchen 
Dari Prima Rasa, Saya dan Dinad naik taksi ke daerah Jl.Sumatra. Biaya taksi dari Kemuning ke Sumatra sekitar Rp10,000. Destinasi berikutnya adalah Origin House & Kitchen. Pertama kali masuk udah suka sama tempatnya. Terlihat asri dan sejuk. Origin memang menjual konsep organic and healthy lifestyle. Di bagian depan, ada swalayan yang khusus menjual makanan sehat dan makan organik. Lebih ke dalam lagi, kita akan menemukan surga bagi pecinta produk perabotan rumah IKEA yang dijual disini. Lucu-lucu sekali perabotannya, sayang harganya kurang ramah di kantong. Masuk ke dalam lagi, barulah kita sampai di tempat makan berkonsep semi-outdoor, ramah lingkungan dan hemat energi. Tidak ada AC, tapi jangan takut bakal kepanasan, karena ruangan sudah didesain sedemikian rupa sehingga sirkulasi udaranya mengalir dengan lancar. Interiornya comfy banget. Modern dengan warna-warni yang bikin adem, banyak tanaman dan beberapa sangkar burung digantung di tiang-tiangnya. Feels like home. Makin kagum sama Origin yang komit dengan konsep healthy living-nya, semua pengunjung yang makan disini dilarang merokok. Bahkan mereka sangat memperhatikan kebersihan toiletnya, bersih banget dan interiornya keren. 


Kami pun segera duduk di salah satu meja dengan sofa dan melihat-lihat menu. Semua makanan dan minuman Origin terbuat dari bahan-bahan organik. Menu unggulan Origin adalah Pumpkin Soup, sayang kemarin kami ngga nyobain karena udah abis. Jadi akhirnya kami memesan Smoked Salmon Salad (Rp35,000) dan Broccoli Soup (Rp29,000), minumannya Dinad pesen Mineral Water (Rp7,000) dan saya Ice Tea (17,000). Enaaakk semuanya. Pengen ke Origin lagi nyobain main coursenya. Rasa makanan yang enak, fresh, porsi cukup mengenyangkan, presentasi makanan yang cantik, pelayanan yang baik dan interior resto yang keren, bikin Origin worth it banget buat dicoba. Oiya, di Origin akhirnya saya ketemu sama Teh Pino, yang suka jualan keripik-keripik endeus @LittleMissYou. Teh Pino ini temennya Dinad juga. Selama ini saya cuma email-emailan aja, mesen keripik. Ternyata orangnya rame banget dan punya tato lucu di tangannya. 


4th Destination: Exsport Store
Selesai dari Origin, disempetin mampir ke Exsport yang lokasinya di seberang Origin, buat beli tas Dinad. Udah mulai gerimis tuh. Selesai belanja tas dan mindah-mindahin isinya, cari taksi lagi deh untuk ke daerah Jl. Trunojoyo. Berhubung masih ujan, taksi susah dicari, telepon BlueBird dan GemaRipah pun sibuk terus. Akhirnya memutuskan naik angkot aja, berhubung banyak angkot lewat depan Exsport. Nanya rute angkot ke tukang parkir, ternyata kalo mau ke Trunojoyo harus naik 2x angkot  Ke arah Jl. Sunda, nyambung angkot ke arah Dago, dan jalan sedikit sekitar 200m.  Ongkos angkot sampai ke Trunojoyo Rp4,500. Baiklaah..dijabanin deh tuh ujan-ujan, bawa belanjaan oleh-oleh, naik turun angkot dan jalan kaki. Emang dasarnya saya sama Dinad itu sama, paling males buka payung. Ribeeeett.. Jadi mending ujan-ujanan aja.

5th Destination: ETC
Setelah perjuangan becek-becekan, sampailah kami ke destinasi berikutnya ETC (et cetera). Sebenarnya pas kunjungan kami sebelumnya ke Bandung bulan Mei yang lalu, udah pernah singgah kesini, tapi waktu itu cuma minum Bir Peuyeum aja, ngga nyobain steak-nya. Emang enak banget Bir Peuyeum, nama aslinya Cassava Beer, singkong difermentasikan sehingga menjadi bir. Sayangnya kemarin Bir Peuyeumnya udah abis. Akhirnya pesen ETC Beer Punch, Banana Beer dan Hot Tea untuk minumnya. Makanannya pesen New York Steak, Beef Turnedo, dan Potato Lyonnaise (kentang dipotong bulat dengan pisau gerigi ditumis dengan bawang bombay) sebagai side dish-nya. Untuk porsi steak yang cukup besar dan rasa yang enak, harga sekitar Rp40,000-60,000an termasuk murah. Happy tummy deh pokoknya. Kami cukup lama tuh di ETC, lumayan istirahat, pegel juga kaki dan perut pun kekenyangan :) 



6th Destination: Pool travel
Jam 18.45 pun akhirnya kami beranjak dari ETC. Kabar buruknya adalah masih ujan dan taksi susah dicari dan dipesen by phone. Akhirnya jalan kaki lagi ngelewatin rute yang sama. Terus 2x naik angkot ke arah Cihampelas, tempat pool travel. Ongkos naik angkot Rp5,000. Dan sama seperti di Jakarta, kalo udah ujan ya pasti macet lah ya. Apalagi di Cihampelas. Sempet deg-degan juga tuh, takut telat, karena travelnya Dinad berangkat jam 20.00 sedangkan saya 20.30. Sebelnya, sepanjang jalan itu saya kebelet buang air kecil. Lupa mau pipis di ETC. Saya itu orangnya memang pemilih banget kalo mau ke toilet. Males kalo toiletnya jorok, ya kan kalo pool travel, toilet ngga bisa diarepin kan. Jadi sepanjang jalan, mikir mau pipis dimana. Alhamdulillah, Dinad pas banget sampe travel tepat waktu. Pool travel saya sedikit lebih jauh, bedanya sekitar 100m lah dari pool travelnya Dinad. Alhamdulillah lagi setelah pool travel Dinad ada Aston Tropicana Hotel, yaudah ngga mikir lagi, saya langsung turun dari angkot, masuk ke dalam, melewati lobby dengan pede, masuk ke kamar mandi dan pipis. Horeee!!! Abis itu belagak bego keluar dari kamar mandi, langsung keluar. Hahahahha..Sukses..Lanjutin jalan kaki deh ke pool travel saya. Nunggu 15 menitan, 20.30 jalan deh travelnya. Saya biasa naik X-Trans (Rp70,000) karena kebetulan pool di Jakartanya (eh Banten) deket sama rumah. Sampai saat ini juga masih aman-aman aja sih si supir X-Trans nyetirnya. Jadi lumayanlah buat kalau lagi iseng-iseng ke Bandung.

Sekian cerita sehari nge-bolang di Bandung. See you later again, Bandung, masih banyak tempat makan yang belum kami sambangi lho..Kalo mau liat foto-fotonya silakan ke facebook aja ya.
Read full post »

Tuesday, December 20, 2011

dream destinations

0 comments

saya.kecanduan.traveling.

Baru sadar sekitar tahun 2010 kemarin sih, pas abis jalan2 ke Bali bareng Lia dan Eka. Kok enak ya, kok seru ya. Menikmati banget prosesnya dari mulai rebutan beli tiket pesawat pas lagi promo, bikin itinerary dan budget, packing, sampai ke hari travelingnya. Exciting..exciting..exciting. Masih dikit banget sih kota/negara yang saya kunjungi. So far di Indonesia aja baru Bogor, Bandung, Cirebon, Semarang, Malang, Bali, Jogja (eh baru dikit banget ya), terus di Asia Singapore sama Bangkok. Mimpinya sih setidaknya bisa menginjakkan kaki di 5 pulau besar Indonesia, 10 negara ASEAN, beberapa negara Asia, lanjut ke Eropa. Amiinnn... Nabungnya mesti berapa lama nih ya?

Berikut ini beberapa destinasi wisata dan kota/negara yang pengen banget saya kunjungi:

Kep. Karimun Jawa
Belitung
 

Wakatobi
Capadoccia, Turkey

Ho Chi Minh City
Hong Kong


Santorini, Yunani


Praha


Kalo kamu mau jalan2 kemanaaaa?
Read full post »

Thursday, November 17, 2011

Amateur Traveler Exploring Bali - Part 4

0 comments
Originally posted in here, Sep9, 2010

"Traveling it gives you home in a thousand strange places, then leaves you a stranger in your own land" - Ibn Battuta 

Day 4: 3 June 2010

Hari terakhir kami di Bali, dipakai untuk belanja oleh-oleh di Pasar Sukawati. Sengaja berangkat pagi-pagi, biar sampai sana pasarnya baru buka dan kami bisa dikasih harga murah, harga penglaris namanya. Berbekal ingatan harga oleh-oleh Bali di toko Krisna, dengan semangat '45 kami melihat dan menawar. Lumayan bisa dapet harga yang murah meriah untuk aksesoris. Gelang, cincin beli banyak banget, anting, lulur Bali, baju bordir Bali, kacang Bali sampai titipan orang-orang. Waktu yang dialokasikan buat belanja ke Sukawati sih 1 jam, maksudnya biar ngga ketinggalan pesawat yang take off jam 15.00. Eh molor, jadi 2 jam di Sukawati. Lalalala... 

Dari Sukawati, lanjut ke tempat jual Pie Susu Bali (Ibu Tantri: 0813 3755 7888 / 0361 7842 073) di Jln. Nangka Gg. Nuri I/14, Br.Umasari - Denpasar. Untungnya kami udah booking Pie Susu Bali ini seminggu sebelum berangkat, dan ngingetin Ibu Tantri sesampainya di Bali, jadi tinggal ngambil aja pesanan kita di tempat bikinnya. Pie Susu Bali ini adalah salah satu makanan kecil dengan rasa manis, terbuat dari kulit pie yang diatasnya dikasih adonan susu seperti vla pudding. Sekarang Pie Susu Bali punya 2 rasa, original dan coklat. Kalau kami bertiga sih sukanya yang original aja, lebih manis. Nambah lagi deh belanjaan hari itu, saking banyaknya, sampai bingung nempatinnya di bagasi mobil Karimun.


Pie Susu siap dikemas
Pie Susu siap dibawa pulang


Barang-barang beres semua, berangkat lagi, kali ini tujuannya cari makan siang. Berhubung Lia ngidam makan babi (kebayang-bayang harumnya Babi Guling Ibu Oka di Ubud waktu itu, mobil pun diarahkan ke saerah Sanur, kata Bli Kadek, babi guling disana enak juga. Agak lama juga nunguin Lia beli makanan tuh. Kalau saya dan Eka akhirnya cari makanan halal di Warung Wardhani, Denpasar. Saya makan nasi pakai sate udang dan sambal. Lumayan enak juga, meskipun harganya agak mahal.

Saat itu waktu udah menunjukkan pukul 13.45 dan kami masih berada agak jauh untuk sampai di bandara Ngurah Rai. Eng ing eng, deg-degan takut ketinggalan pesawat, Bli Kadek pun kemudian memacu kendaraannya, jalanan kota agak macet. Makin deg-degan. Akhirnya sampai airport jam 14.00, turunin barang-barang, bayar biaya rental mobil Karimun ke Bli Kdek dan buru-buru masuk airport buat check in. Akibat terlalu banyak belanjaan, saya terpaksa nembah bawaan pakai tas belanja dari kain. Maksud hati biar ngga bawa banyak bawaan di kabin pesawat, mau ngga mau tas kain itu harus masuk bagasi kan? Akhirnya nambah bayar Rp 30.000 untuk wrapping tas biar isinya ngga jatuh di bagasi. Fasilitas wrapping tas ini ada di bandara Ngurah Rai dan Soekarno Hatta. 

Ngantri di counter check in. Untung aja udah siap dengan dokumen web check in kami, jadi ngga usah nunggu lama-lama untuk dicariin kursi. Ternyata kami rombongan terakhir yang check in. Sementara pesawatnya on time, udah stand by di airport. Huaa..lari-lari lagi deh terus bayar airport tax Ngurah Rai Rp 30.000. Alhamdulillah, sampai juga di pesawat. 


we're (not) ready to go back to Jakarta 
Kali ini saya beruntung menang suit sama Eka untuk dapat duduk di pinggir jendela. Jadi, selama beberapa menit mulai dari pesawat take off hingga mengudara, saya menikmati pemandangan langit biru dan awan Bali yang bersih, sampai ketiduran. Sekitar pukul 16.00 kami sampai di Jakarta lagi. 



Sampai jumpa, Bali. Saya belum puas lho jalan-jalan disana, jadi pasti akan kembali lagi tahun depan. Doakan kita bertemu kembali yaaa.. Amin.. See you...
Read full post »

Amateur Traveler Exploring Bali - Part 3

0 comments
Originally posted in here Sep 8, 2010

"Time is flying, never to return" - Virgil Quotes 

Day 3: 2 June 2010 

Time is really flying when we're in Bali, ngga kerasa udah hari ketiga kami berada di pulau ini, tinggal 1 hari lagi kami disana. Rasanya pengen extend deh. Memanfaatkan waktu yang ada dengan sebaik-baiknya, jadi sebuah kewajiban. Sengaja di hari ketiga, kami bangun pagi, mengingat banyak tempat yang akan dikunjungi. Perhentian pertama, Monumen Bom Bali (ground zero). Sebenarnya letak monumen ini dekat sama hotel, tapi setiap melewati daerah ini, entah kenapa ada aja hal yang bikin kami ngga bisa mengabadikan momen, misalnya baterai kamera abis atau malam-malam lupa bawa digicam, cuma ada kamera handphone. Kami sengaja meluangkan waktu sebelum jalan-jalan untuk foto-foto dulu. Monumen ini didirikan tepat di lokasi Paddy's Club tempat terjadinya tragedi bom Bali tahun 2002 silam. Di tugunya tertulis ratusan nama korban bom bali 1. Kabarnya setiap tanggal 12 Oktober diadakan upacara peringatan yang dihadiri oleh keluarga korban dan perwakilan negara.


Monumen Bom Bali


Perjalanan kemudian dilanjutkan ke daerah Kuta Supernova, beli nasi bungkus untuk makan siang di Warung Nasi Pedas Ibu Andika. Karena masih pagi, saat kami kesana tempatnya masih sepi, padahal biasanya rame terus seharian (review Nasi Pedas Ibu Andika ada di paragraf bawah ya). Abis itu langsung jalan lagi ke daerah Tanjung Benoa. Yeah! We're gonna do some water sport! Parasailing dan Banana Boat jadi pilihan kami. Sengaja udah booking dan bayar DP sebelum ke Bali, demi dapetin harga lebih murah lewat WaterSportDiBali. Orang-orangnya kooperatif dan cepat tanggap kalau ditanya lewat email. Paket Parasailing dan Banana Boat dibandrol Rp 125.000. tiket watersport udah di tangan, cari alamat vendornya, langsung main. Fyi, di Tanjung Benoa, penyedia watersport ada banyak banget, bahkan di jalan menuju kesana, ada orang-orang naik motor sambil bagi-bagi brosur ke mobil-mobil yang lewat. Lebih enak kalau udah booking dari hari sebelumnya, tinggal dateng dan bayar sisanya.

Setelah sampai, langsung ganti baju dan pakai sunblock. Kami kemudian 'digiring' ke sebuah gazebo untuk dipakaikan vest, sarung tangan dan di briefing untuk naik Parasailing. Ngga sabar mau nyoba, walaupun terselip rasa deg-degan juga. Antrian yang mau naik Parasailing cukup panjang, matahari yang bersinar juga lagi semangat-semangatnya, langsung tanning instan deh kulitnya! 


Akhirnya tiba giliran Lia yang naik pertama, start mulus, bisa mengudara, tapi kejadian berikutnya ngga terduga banget. Saya dan Eka yang lagi serius-seriusnya mengabadikan aksi Lia di udara lewat kamera, tiba-tiba kehilangan jejaknya. Padahal cuma lagi melengos sebentar buat ngatur focus. Tiba-tiba Lia udah ilang aja, sempet denger kru watersport ngomong "ada yang nyemplung tuh gara-gara kapal kesangkut plastik". Bingung itu maksudnya Lia bukan ya. Tunggu punya tunggu, akhirnya Lia muncul dengan basah kuyup, ya, dia beneran nyemplung! Jadi ceritanya, Lia udah sukses nih mengarungi udara, tiba-tiba kapal yang narik Parasailingnya dia, mesinnya mati, gara-gara kesangkut plastik, yaudah bisa dipastiin Lia terjun bebas ke laut. Alhamdulillah jatuhnya ke laut, kalau nabrak karang gimana. Serem juga ya kan? Untungnya abis itu Lia boleh ngulang lagi naik Parasailingnya. Percobaan kedua, sukses! 


Giliran berikutnya, Eka, sempat ngga mulus juga pas take off, tapi sampai di atas dan landing sih dia selamat. Hehehe. The next and last is me! Take off? Alhamdulillah lancar. Cuma karena baru pertama kali jadi agak kagok serem gitu. Sampai atas, Wuih..bengong liat pemandangan keren banget! Sensasi flying like a bird bener-bener kerasa. Subhanallah. Walaupun kurang lama Parasailingnya, tapi saya senang bisa menikmati melayang-layang di langit Bali menyaksikan pemandangan yang begitu indah. Next, penasaran nyobain Paralayang di Puncak.

Parasailing Tanjung Benoa

Ok, sekarang saatnya naik Banana Boat. Ini kedua kalinya saya ber-Banana Boat, seru sih seru yaa, tapi antiklimaks karena terakhirnya ngga 'dijatuhin'. Mungkin gara-gara mas-mas kru watersportnya takut Lia yang abis nyemplung bakalan marah-marah kalau dijatuhin lagi kali ya? Akhirnya, karena kami ngomel-ngomel ngga dijatuhin, mas-mas Banana Boat memberhentikan boat agak jauh dari pantai "Tuh, neng..biar basah turun disini aja ya". Bete ngga sih digituin? ( -_-")


Anyway, kelar watersport, bilas dan langsung jalan lagi. Makan siang terpaksa di mobil demi mengejar waktu. Saatnya membuka bungkusan Nasi Pedas Ibu Andika, hmm..aroma yang menggugah selera seketika tercium. Saya memilih lauk ayam suwir, tempe orek dan tumis kangkung untuk dipadukan dengan nasi dan sambal yang jadi primadona. Harganya ngga lebih dari Rp 20.000. Warung Nasi Pedas Ibu Andika ini jadi salah satu kuliner wajib cicip saat ke Bali lho.


Destinasi berikutnya adalah GWK, tapi tiba-tiba saya melihat papan nama Museum Pasifika Bali, salah satu museum yang berpartisipasi pada penyelenggaraan Bazaar Art Jakarta 2009. Didorong rasa penasaran, akhirnya kami mencari museumnya, ternyata museumnya terletak di kompleks hotel mewah di daerah Nusa Dua dan tiket masuk museumnya Rp 70.000! Yak! batal, ngga jadi masuk, mahal beneur.



Keluar kompleks, Bli Kadek kemudian mengusulkan kami ke Pantai Geger, salah satu public beach yang letaknya di sebelah persis pantainya St.Regis. Wuih, pantainya enak banget! Butiran pasir putih yang halus, birunya laut, debur ombak yang tidak terlalu besar, awan putih bergulung-gulung melukis langit, dan sinar matahari yang terik. Sebuah pantai yang cantik! Ditambah deretan kursi dan payung pantai yang berbaris dengan rapi, cafe-cafe pingir pantai yang tertata rapi, dan lagi-lagi sepi, hanya ada turis asing yang duduk sambil membaca novel, sunbathing atau surfing. Tidak ada turis lokal. Rasanya saya ingin nyebur ke laut saat itu juga. Sayang ngga bawa baju renang, karena hari itu memang tidak ada jadwal main di pantai. Akhirnya hanya foto-foto sambil bermain air kecipak kecipuk aja deh. Pantai ini memang tempat yang tepat untuk bersantai dan menikmati pemandangan pantai. Di Geger, kami juga sempat membeli es kelapa batok. Kelapanya gede banget, harganya lumayan Rp 20.000. :)

Geger Beach


Perjalanan kemudian dilanjutkan ke GWK alias Garuda Wisnu Kencana. GWK adalah proyek cultural park yang belum selesai, karena waktu itu terkena krisis moneter. Kabarnya baru 25% yang jadi dari total seluruh konsep pembangunan. Tapi menurut saya, unfinished project ini keren banget. Belum jadi aja udah keren banget gitu, apalagi kalau udah jadi. Ngga kebayang deh, mana kompleksnya luas banget! Lucu kali nih, kalo foto pre-wed atau bahkan nikah di GWK..hihi... Masuk ke kompleks GWK dikenai biaya Rp 25.000. Begitu masuk langsung deh cari spot foto-foto. Kayanya setiap sudut bagus buat foto-foto deh. Lagi seru-serunya berpose. Tiba-tiba fenomena ujan labil Bali kembali muncul. Awalnya matahari lagi ngejreng-ngjrengnya kok, eh langsung mendung dan ujan deras banget. Lari-lari deh nyari tempat neduh. Agak lama tuh ujannya, sampai akhirnya berhenti dan kita keliling-keliling lagi. 


Garuda Wisnu Kencana



Dari GWK meluncur ke Uluwatu. Pasti udah banyak yang tau kan soal Uluwatu? Pura diatas tebing ini memang menghadirkan pemandangan yang indah. Paling pas kalau kesini sambil menyaksikan matahari terbenam. Harga tiket masuknya juga murah meriah Rp 3.000, tapi kalau mau melihat pertunjukan tari Kecak sambil melihat sunset, harus bayar biaya tambahan Rp 50.000. Ingat, harus waspada sama monyet-monyet yang berkeliaran bebas di Uluwatu. Mereka suka iseng nyomot barang-barang yang kita bawa. Pas kami kesana, kebetulan lagi ada upacara keagamaan, jadi makin rame. Awalnya berniat nonton sunset sambil nonton tari kecak, tapi berhubung keinget harus buru-buru ngetekin tempat makan malam di Jimbaran. Kami langsung kabur sebelum sunset deh. Next time kalau ke Bali, saya mau kesini lagi dan nonton kecaknya.

Pura Uluwatu

Selesai di Uluwatu, langsung beranjak ke Jimbaran. Pilihan restorannya Menega Cafe, (0361 705 888) salah satu restoran yang banyak diminati, ngga heran deh kalau tiap hari pasti penuh dan suka ngantri. Sampai sana untungnya belum begitu rame, masih bisa pilih-pilih tempat duduk. Melihat-lihat menu, bingung, terlalu banyak yang mau dimakan. Hahaha. Akhirnya ngeliat ada paket hemat untuk 1 orang isinya ada nasi, minuman, jumbo prawn, 1/2 ikan bakar, 3 tusuk sate cumi, dan 3 clams/kerang, cah kangkung beserta saus dan sambal pelengkapnya. Yoih banget ngga tuh. Paket untuk 1 orang aja segitu banyaknya ya kan? Akhirnya pesan paket itu deh 2 porsi. Dan benar aja, pas datang, asli, banyak banget tuh makanan. Pertama makan sih semangat, lama-lama temponya melambat, mulai kenyang. Sampai akhirnya ngga sanggup lagi ngabisin jumbo prawnnya satu, kami kasih ke Bli Kadek akhirnya. Dan racikan Menega Cafe nikmat banget, baru pertama tuh makan seafood enak banget gitu, apalagi clamsnya. Duh, mau lagiii! Dan, total kerusakan untuk makan dan minum bertiga Rp 210.000 sajaaaa. Senangnyaaa!

Menega Cafe, Jimbaran

Ikan Bakar, Udang Bakar, Clams, Sate Cumi
Tumis Kangkung

Perut kenyang, langsung balik ke hotel, eh tempat minum andalan yang dibawa kemana-mana malah ketinggalan di Menega, berhubung udah jauh, ngga mungkinlah balik lagi, akhirnya direlain aja deh :( Sampai hotel, bau bakar-bakaran masih nempel di baju dan rambut, akhirnya mandi dulu deh, baru jalan keluar lagi, menikmati malam terakhir di Bali, sambil web check in Air Asia di warnet. 

Legian rame banget malam itu, antrian mobil yang kena macet, hingar bingar musik yang membahana dari club ke club, bule-bule seliweran, sampai akhirnya kami memutuskan untuk beli gelato di kios yang terletak di sebelahnya Maccaroni Club. 1 cup yang kecil Rp 15.000, kami beli 2 untuk dimakan bertiga. Duduk di emperan toko, sambil melihat 'pemandangan' Legian. We surely gonna miss this place... 

Lanjut postingan berikutnya... 

PS: seperti biasa, foto-foto versi lengkap hari ketiga di Bali bisa dilihat di facebook
Read full post »

Amateur Traveler Exploring Bali - Part 2

0 comments
Originally posted in here, Sep 7, 2010

"California gurls, We're unforgettable Daisy Duke's bikini's on top Sunkissed skin so hot We'll melt your popsicle..." - California Gurls by Katy Perry & Snoop Dogg 

Day 2: 1 June 2010

Say HELLO to the beach...

Di hari kedua petualangan traveler amatir ini, kami memilih destinasi ke daerah selatan pulau Bali, tepatnya ke daerah Pecatu yang terkenal dengan keindahan pantai dan resort mewahnya. Perjalanan dimulai pukul 09.00. Hujan gerimis yang turun sejak Subuh sempat membuat kami ragu, tapi lalu keinget kalau di Bali curah hujannya mirip ABG (labil...3 menit ujan deres, 3 menit berikutnya bisa panas ngereng-ngereng), jadi jalan ajalah.

Setelah sarapan, kami pun langsung menuju destinasi pertama, pantai Padang-padang diantar Bli Kadek. Pantai ini adalah salah satu lokasi yang dipakai untuk shooting film Eat Pray Love dibintangi Julia Roberts. Dikenal dengan banyaknya anak tangga yang harus dilalui untuk menuju ke pantainya. Sampai disana, hujan masih turun satu-satu, kami segera mengambil barang bawaan dan mulai menuruni tangga yang seakan-akan menebus bebatuan alam menyerupai goa.

Padang-padang Beach
Sampai di pantainya, kami terpana! What a beautiful view! Pantai yang tampak terpencil dan sepi ini memiliki pemandangan yang breathtaking, tak kalah deh sama Phuket. Batu-batu karang besar bertebaran menghias pantai dengan ombak besar. Ngga heran, kalau pengunjung Padang-padang didominasi oleh turis asing yang hobby surfing. Mumpung pantai sepi dan jarang turis lokal, cocok banget buat bikini-an sambil sunbathing :-). Apalagi Padang-Padang termasuk public beach yang masuknya gratis, kecuali ngeluarin uang buat bayar parkir mobil. Sayangnya fasilitas untuk bilas kurang memadai, saat itu kebetulan air pun lagi mati, kami jadinya langsung berangkat ke destinasi berikutnya yang sama-sama pantai juga.


Sekitar jam 14.00, kami beranjak pindah ke pantai lain di sekitaran Pecatu, the famous Dreamland. Masuk ke kompleks Pecatu Indah Resort dilanjutkan ke area parkir pantai Dreamland, dikenai iuran Rp 15.000. Jalan kaki ke area pantai lumayan jauh. Sampai Dreamland, jenggg..ramaaaiii! Bagus banget emang pemandangannya, pantai, laut, tebingnya, tapi ombaknya gede banget, agak serem kalau mau main air. Akhirnya kami nyewa 1 payung dengan 2 kursi pantai seharga Rp 50.000 biar bisa duduk-duduk. Saya dan Eka bahkan sempat membuat tato temporer seharga Rp 30.000. Bosan duduk-duduk dan foto-foto, Lia inisiatif berkeliling dan nemuin tempat lebih enak untuk menikmati pantai dan bermain air. Saya pun akhirnya melihat ke tempat yang dimaksud Lia dan ternyata benar, ada spot lebih sepi di sebelah kanan deretan payung-payung dan kursi-kursi pantai. Bisa lebih bebas, private dan leluasa jika ingin bermain air. Batu karangnya pun tampak lebih sedikit (walaupun harus tahan dengan ombak Dreamland yang sangat besar).

Dreamland Beach





Sama halnya dengan Padang-Padang, di Dreamland fasilitas bilas juga masih kurang memadai, plus matinya air bikin kami terpaksa membeli makanan resto siap saji KFC untuk makan siang lewat drive thru, males turun, saking banyaknya pasir yang nempel di badan dan rambut. Sampai hotel, rebutan kamar mandi. Gatal banget rasanya, pasir-pasir yang nempel di rambut juga susah bersihinnya. Alhasil lantai kamar kotor dengan pasir. Lalalalala. Terpaksa harus nyapu dulu deh sambil nunggu giliran mandi.


Menjelang pukul 18.00 kami berangkat lagi. Kali ini tujuannya pusat oleh-oleh Krisna di daerah Sunset Road. Krisna adalah supermarket yang menjual aneka ragam oleh-oleh khas Bali, seperti halnya toko Mirota Batik di Jogja. Tokonya besar, ber AC, jadi nyaman kalau mau memilih-milih. Disini kami nyicil beli oleh-oleh sambil belanja buat diri sendiri dan sekaligus ngecek harga (persiapan tawar-menawar harga di Pasar Sukawati). Meskipun lengkap, namun karena bentuknya yang seperti supermarket, maka harganya pun fixed, alias ngga boleh ditawar lagi. Kami ngga lama-lama di Krisna, karena perut mulai lapar, jadi langsung jalan ke daerah Seminyak, makan malam di Warung Italia.




Mungkin inilah waktu kuliner yang paling kami tunggu-tunggu. Gimana ngga, kalau makanan Italia udah jadi favorit kami bertiga sejak dulu. Apalagi setelah dengar kanan kiri, browsing sana sini, banyak yang bilang Warung Italia itu enak, porsi banyak dengan harga reasonable, jadi makin ngga sabar kan.




Masuk ke restorannya, rasanya kaya lagi makan di resto Italia beneran, atmosfirnya yang homey, meja dan kursi serba kayu, dan ada tungku pizza besar untuk membakar pizzanya. Kami langsung ngiler liat penampakan pizza yang dipesan oleh meja sebelah. Pizzanya gede banget, hampir menutupi meja untuk 4 orang. Pengen mesen pizza itu, tapi penasaran juga nyobain pastanya, akhirnya kami bertiga memilih makan pasta dengan rasa yang berbeda-beda. Eka: Tagliatelle Panna E Funghi (pasta dengan jamur). Lia: Spaghetti Bolognaisse, dan saya: Tagliatelle Carbonara dan Hot Cappucinno untuk minumnya.

Tagliatelle Panna E Funghi
Spaghetti Bolognaise


Tagliatelle Carbonara

Hot Cappucinno
Lucunya, saya hampir lupa bilang ke waitressnya minta Carbonara halal pakai daging ayam. Untung aja, masih bisa keburu diganti, kalau ngga kan, rugi. Hahaha. Akhirnya makanan datang, karena udah kelaperan, langsung makan sambil nyobain punya yang lain. Ternyata benar, enak banget, porsinya bikin kenyang. Total kerusakan makan dan minum bertiga Rp 125.000 dan ngga ada tax pula. Warung Italia benar-benar bikin senyum kami semakin lebar malam itu. 




Selesai makan, kami bertiga menyempatkan diri jalan-jalan sekitar area Seminyak. Menarik sekali melihat toko dan galeri kecil nan cantik yang menghiasi sepanjang Seminyak, Sebelum balik ke hotel, kami minta diantar ke daerah Kuta lagi, demi berfoto di salah satu landmark Bali, depan logo Hard Rock Hotel Bali..hahahaha... Dan kami pun pulang jalan kaki ke hotel.

Lanjut postingan berikutnya...

Foto-foto lengkap petualangan hari 2 di Bali bisa dilihat di facebook
Read full post »
 

Copyright © the journey of one amateur flashpacker Design by Free CSS Templates | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger