Thursday, November 17, 2011

Amateur Traveler Exploring Bali - Part 1

Original Posted in here. Sep 5, 2010

"Tahiti has been spoiled for so many years, but Bali is one of the few cultures with origins in one of the great ancient cultures which is still alive" -Arthur Erickson 

Setelah hampir 8 tahun hanya mengagumi keindahannya dari jauh, akhir bulan Mei yang lalu, saya dan 2 sahabat SMA, Lia dan Eka, kembali ke Bali. Diawali dari pembelian tiket pesawat Air Asia CGK-DPS yang impulsif 9 bulan sebelumnya, diselingi pertengkaran hebat 2 sahabat saya itu, nabung mati-matian, itinerary yang terus-menerus direvisi, delay pesawat yang terobati karena kerennya Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, akhirnya terbayar, ketika pesawat kami landing dengan selamat di Pulau Dewata, Senin dinihari, 31 Mei 2010. Di bandara Ngurah Rai, Bli Oki dari Puri Dewisri (tempat kami menginap) udah sabar menunggu di pintu keluar, jadi langsung angkut barang dan berangkat ke hotel.



Puri Dewisri ternyata homey dan pas untuk kami bertiga, 1 kamar dengan 1 tempat tidur double, kamar mandi dalam, AC, hot water dan breakfast (roti bakar + telur + teh) untuk 3 orang setiap hari, seharga Rp 200.000/malam. Terjangkau kan? Pelayanan memuaskan dan lokasinya yang strategis (agak masuk ke salah satu gang di jalan Legian) bikin gampang kemana-mana, walaupun akhirnya tetep ketemu macet melulu kalau pulang dan pergi. Sampai di hotel, unpacking, dan langsung tidur. 

Day 1: 31 May 2010

Perjalanan dimulai pukul 9 pagi. Bli Kadek, driver dari rental car Pak Ngurah (0812 3915 234) nyasar jemput, terus sempat terhambat juga gara-gara ban mobil yang rusak dan bensin abis, terpaksa tukar mobil dulu. Tapi overall, Bli Kadek baik banget, kooperatif dan tau banyak tentang Bali, ngga usah takut kesasar kalau disetirin sama dia, dijamin! Destinasi pertama yang kami kunjungi, adalah daerah Ubud, sekitar 2 jam perjalanan dari Legian. Seneng banget di Ubud, udaranya yang adem, pemandangan indah serba hijau dan atmosfer seni yang kental, bikin saya ingin tinggal di kota ini suatu hari nanti. Ngga heran kalau Ubud jadi kota terbaik se-Asia pilihan pembaca majalah pariwisata yang berbasis di Amerika Serikat, Conde Nast Traveller, awal Januari lalu. 

Museum Antonio Blanco jadi destinasi pertama yang kami datangi di Ubud. Setelah membayar HTM Rp 30.000, kami masuk dan disuguhi welcome drink. Di dalam museumnya, saya langsung terkagum-kagum melihat karya Antonio Blanco yang didominasi gambar wanita bertelanjang dada. Alih-alih merasa terkespos dan dilecehkan, saya malah menikmati setiap pesan yang tersirat dalam setiap lukisannya. Apalagi saat saya melihat gambar istri Antonio Blanco, Ni Rondji, rasa cintanya yang begitu besar terhadap sang istri, terlukis dalam lukisan itu. Di Museum itu, kami juga sempat berkeliling ke rumah lama dan bengkel kerja Antonio Blanco serta mengintip galeri lukisan karya Mario Blanco, anak dari Antonio Blanco.




Perjalanan dilanjutkan ke area Pura Agung Ubud dan Pasar Ubud, kebetulan pura-nya lagi tutup jadi singgah untuk foto-foto sebentar aja, dan langsung lanjut ke Pasar Ubud, saya cuma beli topi rotan aja. Saatnya makan siang! Banyak orang ke Ubud ngebet nyobain Bebek Bengil, kalau tim kere kaya kami sih, nyobain kuliner yang murah meriah dengan rasa yang ngga kalah nikmat udah jadi pengalaman yang menyenangkan. Mobil pun segera meluncur ke Nasi Ayam Kadewatan Ibu Mangku. Per porsi nasi ayam dan lauk lain Rp 12.000, minuman es teh manis Rp 3.000. Dengan porsi yang cukup banyak, mengeluarkan uang Rp 15.000 worth it kan? 

Nasi Ayam Kadewatan Bu Mangku

List berikutnya dalam daftar itinerary adalah Pura Ulun Danu di daerah Bedugul. Kira-kira 1 jam perjalanan dari Ubud. Di jalan menuju Bedugul, kami melewati Pura Taman Ayun, yang terlihat ramai dari luar, tergelitik rasa penasaran, akhirnya mampir impulsif deh kesitu. Uniknya pura ini didominasi warna kuning dan punya banyak spot menarik untuk foto-foto. HTM pun murah meriah Rp 3.000 aja. 


Memasuki daerah Bedugul, udara mulai dingin, maklum Bedugul memang dikenal sebagai daerah Puncak-nya Bali, mirip dengan Kintamani. Masuk ke Pura Ulun Danu, HTMnya Rp 7.000. Keunikan dari Pura Ulun Danu adalah letak pura-nya yang berada di tengah Danau Bratan, sebelum menuju ke pura, pengunjung juga bisa menikmati hijaunya taman dan pohon-pohon di sekitarnya. Ada beberapa pelukis karikatur wajah yang memamerkan dan menawarkan jasanya di sudut-sudut taman. 




Setelah puas menjelajah Pura Ulun Danu, sempet bingung mutusin mau kemana lagi. Menurut itinerary sih, berkunjung ke Kebun Raya Eka Bali yang ada di dekat Pura Ulun Danu, tapi tiba-tiba kami pengen liat sunset di Kuta atau Tanah Lot. Pikir-pikir, akhirnya kami tetap ke Kebun Raya Eka Bali, nanggung soalnya, udah deket situ juga. Dengan membayar HTM sebesar Rp 12.000/orang dan mobil Rp 7.000 kami udah bisa mengelilingi kompleks Kebun Raya dan menikmati pemandangan sekeliling. Bisa dibilang, Kebun Raya Eka Bali ini tampak sangat terawat, berbeda bila dibandingkan dengan Kebun Raya Bogor yang kondisinya memprihatinkan :p. Kami mampir ke Rumah Kaktus, tempat budidaya aneka ragam kaktus. cantik-cantik banget kaktusnya. Tiba-tiba ujan turun, langsung masuk ke mobil lagi dan keliling Kebun Raya sebentar pakai mobil, setelah itu langsung meluncur ke Kuta.


Sampai Kuta udah malam. Akhirnya duduk-duduk aja di pantai sambil ngeliat bintang-bintang. Banyak juga bintangnya, padahal lagi mendung. Jarang bisa liat langit malam secantik itu kalau di Jakarta. Puas menikmati Kuta di waktu malam dilanjutkan dengan mencari makan malam. Di itinerary, makan malam di Warung Made Kuta, tapi begitu sampai disana, kok penuh dan crowded banget ya, liat menunya tiba-tiba ngga mood. Akhirnya kami jalan kaki keliling-keliling nyari tempat makan lain. Dan akhirnya memutuskan untuk makan di Warung Kunti yang terletak di ujung Legian. Warung Kunti ini menyajikan hidangan Jepang, mulai dari sushi hingga bento. Saya dan Eka yang doyan banget sushi tentu mesen Sushi. (tapi lupa namanya apa), Lia yang ngga suka sushi, memilih Chicken Teriyaki. Untuk rasa sushi, masih kalah lah ya sama S*sh* T*i, tapi Chicken Teriyakinya juara. Enak banget! Untuk penutupnya, kami pesan Onigiri untuk dimakan bertiga. Yumm. Porsinya cukup mengenyangkan. Setelah diitung-itung, total kerusakan sekitar Rp 200.000-an untuk makan dan minum bertiga.

Onigiri

Unagi Special Sushi


Selesai sudah hari pertama. Panjang ya postingannya? Pasti kebayang dong capenya. Hehehe. Tapi seru banget, dapet banyak foto-foto bagus. Sampai di hotel, charge kamera buat besokannya, sambil liat hasil foto-foto, mandi dan langsung tidur. Tepar dan ngga sabar nunggu pagi besoknya, beach day! :) 

PS: foto-foto lengkap petualangan Bali hari 1 bisa dilihat di facebook

0 comments:

Post a Comment

 

Copyright © the journey of one amateur flashpacker Design by Free CSS Templates | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger