Monday, July 30, 2012

pongos jadi turis di Bangkok - part 1

The Beginning
Ini cerita tentang kami tujuh perempuan, The Pongos, yang pergi ke Bangkok saat libur Lebaran tahun lalu, hampir 11 bulan yang lalu. Seperti biasa, liburan ini diawali dengan tindakan impulsif membeli tiket murah low cost airlines ber-tagline everyone can fly” di tengah tahun 2010. Awalnya yang beli tiket cuma saya, Lulu dan Omie. Beberapa bulan setelah itu menyusul Choco, Mely dan Ditha yang ikutan kepengen ke Bangkok. Terakhir Anggie yang beli tiket sebulan sebelum tanggal keberangkatan.


Seperti biasa pula, ketika tiket udah ditangan, saya langsung semangat membuat itinerary. Diawali dengan bertanya di grup Blackberry The Pongos. "Mau kemana aja nih kita di Bangkok?" Dari request-request The Pongos itulah saya bikin itinerary, sambil browsing, sambil nanya orang-orang yang sudah pernah ke Bangkok, sambil cek-cek database milis backpacker, sambil baca buku panduan Bangkok-nya mas Sonson NS. Revisi demi revisi sampai akhirnya...Voila! jadi deh tuh itinerary 4 hari 3 malam di Bangkok. Kenapa kami memilih pergi di tanggal 10-13 September 2011, seminggu setelah libur lebaran? Pertama, karena seminggu setelah Lebaran aktivitas kantor masih belum kembali normal sepenuhnya, masih santai. Kedua faktor uang dong. Lebaran kan dapet THR, lumayan buat nambah-nambah budget belanja di Bangkok.

Untuk tiket CGK-BKK PP, saya, Lulu dan Omie berhasil mendapatkan tiket per orang seharga Rp830.000 sudah termasuk bagasi dan pilih kursi. Kebetulan pas web check-in kami dapat kursi mencar-mencar. Berhubung perjalanan cukup lama, agak garing ya kalau duduk di sebelah orang asing. Jadilah kami memilih kursi biar duduknya bisa deketan.  

Jakarta - Bangkok
Hari keberangkatan pun tiba. Maskapai merah tersebut memang hanya punya sekali sehari penerbangan ke Bangkok Jadi, cuma ada satu waktu keberangkatan jam 16.35. Kami berkumpul di terminal 2D bandara Soekarno-Hatta jam 15.00. Yang paling heboh bawa koper adalah Choco. Asli! Dia bawa koper segede dosa, saking gedanya! Emang mau belanja apa sih, Choc? :p Masing-masing dari kami juga udah siap bawa bekal cemilan buat di pesawat. Perjalanan selama kurang lebih 3.5 jam ini lumayan bikin perut kruyukan kalau ngga bawa makanan. Maklum, naiknya budget airlines yang ngga dapat snack gratis. Mau beli makanan di pesawat tapi kok agak mahal juga ya. Hari itu pesawat kami berangkat tepat waktu. Di udara pun tak ada gangguan yang berarti. Dan kami sampai dengan selamat di Bangkok. Sawatdeekaaaa!




Koper merah itu adalah kopernya Choco yang bikin heboh


Svarnabhumi Airport, Bangkok
Sampai di Svuarnabhumi Airport sekitar jam 8 malam, kami tercengang norak. Bandaranya kece aja, modern, bersih dan ngga berbau. Tanpa tedeng aling-aling kamera pun dikeluarkan, dan segeralah sesi foto-foto dilakukan sambil jalan menuju counter imigrasi yang jauhnya cukup bikin kaki pegal. Kelar masalah imigrasi, kami pun segera mencari petunjuk menuju stasiun Airport Rail Link (kereta cepat). Dari hasil browsing-browsing dan tanya kanan-kiri, inilah moda transportasi tercepat untuk sampai ke kota Bangkok. Dari stasiun terakhir Airport Rail Link bisa langsung menyambung naik BTS (Bangkok Train Sky). Tak beda dengan bandara di negara maju, Svarnabhumi punya akses langsung dengan berbagai moda transportasi menuju ke tengah kota. Mau naik kereta cepat, bis, taksi atau sewa mobil, tinggal ikuti petunjuknya, biasanya moda transportasi tersebut berada di lantai yang berbeda. 





Perjalanan dengan Airport Rail Link menuju daerah Siam tempat hostel kami, ditempuh selama kurang lebih 1 jam. Sesuai petunjuk yang diberikan oleh pihak hostel, kami turun di stasiun akhir Airport Rail Link Phaya Thai (Suvarnabhumi - Phaya Thai: 45 baht), menyambung BTS ke stasiun Siam, transit dan lanjut BTS lagi sampai ke stasiun National Stadium (Phaya Thai - Siam - National Stadium 30 baht). Disini kami lagi-lagi tercengang melihat betapa kecenya moda transportasi umum Bangkok. Tepat waktu, bersih dan nyaman. Sempat ribet waktu transit-transit stasiun BTS karena kami harus berulang kali beli tiket sambil geret-geret koper, kebayang kan pe-ernya. 






Bule di sebelah Mely itu ganteng banget lho asli!


Sampai di stasiun BTS National Stadium bingung mau keluar lewat pintu yang mana. Untung aja petugas stasiunnya baik-baik, mereka sepertinya tau kalau kami turis kebingungan (ya iyalah tau, muka kami cengo sambil geret-geret koper gitu). Bahasa Inggris mereka memang tidak begitu lancar, tapi terlihat sekali kalau mereka berusaha membantu turis sebisa mereka. Akhirnya saya sodori aja voucher bookingan hostel. Ternyata oh ternyata pemirsa, hostel pas berada tepat di depan stasiun BTS National Stadium. Tinggal turun tangga dan itulah dia! Lokasinya kece banget. Selain depan-depanan langsung sama stasiun BTS, jalan kaki dikit dari hostel udah nemu 7-11 yang beroperasi 24 jam. Jadi ngga perlu khawatir kalau mendadak laper tengah malam. Jalan kaki dikit lagi udah nemu perempatan di tengah-tengah pusat perbelanjaan Bangkok. Ada MBK Center, Siam Discovery, Siam Center, Siam Paragon, Central World Plaza lalu dekat juga dengan Bangkok Art and Culture Center dan Jim Thompson House. Wow! Sambil menunggu urusan check in, kami duduk leha-leha di lobby. Lucunya di lobby hostel, ada display moncong TukTuk, moda transportasi khas Thailand. TukTuk ini bentuknya seperti bajay hanya lebih besar ukurannya. Dinamakan TukTuk karena bunyi mesinnya saat dinyalakan, yaitu tuk tuk tuk tuk tuk :p Moncong TukTuk ini jadi tempat foto-foto yang pas.






Lubd Siam Square Hostel
Hostel yang kami pilih sebagai tempat menginap selama 3 malam 4 hari adalah Lubd Hostel (dibaca: labdi). Dalam bahasa Thailand, Lubd artinya tidur nyenyak. Lubd punya 2 cabang. Ada di daerah Silom dan Siam Square. Karena kami mau belanja-belanja dipilihlah Lubd Siam Square. Pas banget sama namanya, selama 3 malam 4 hari kami bermalam disana, kami bisa tidur nyenyak. Walaupun saat kami kesana sedang ada proyek pembuatan gedung di sebelah Lubd, tapi untungnya ngga sampai mengganggu kenyamanan tidur. Lubd ini merupakan salah satu hostel yang diperuntukkan untuk para budget traveler berusia muda. Terlihat dari desain interiornya yang modern dan cenderung ke minimalis. Ini pertama kalinya saya dan Pongos nginep di youth hostel. Tau youth hostel ini dari Dnda yang beberapa bulan sebelumnya pergi ke Bangkok. 




Berhubung budget pas-pasan kami memilih menginap di kamar tipe dorm khusus untuk wanita. Satu kamar ber-AC berisi 4 tempat tidur, kamarnya memang agak sempit tapi nyaman dan terjaga kebersihannya. Cat temboknya dibikin girly, dengan dominasi warna pink. Setiap kamar dicat dengan desain gambar yang berbeda-beda lho. Dalam kamar disediakan lemari, colokan untuk charger dan selimut. Satu tempat tidur jatahnya 1 lemari, 3 colokan charger dan 1 selimut, untuk handuk bisa sewa kalau ngga bawa. Kamar mandinya diluar dan sharing sama penghuni dorm lainnya. Tapi bersihnya ngga kalah sama hotel bintang 3 deh. Bersih bangeeettt. WC dan shower dipisah, di tengah-tengah kamar mandi ada wastafel untuk cuci tangan dan sikat gigi. Disediakan pula cermin yang sangat besar dan colokan untuk hair dryer, pokoknya kamar mandi itu dibikin untuk mengakomodasi kebutuhan cewek. Para penghuni dorm pun cuek aja dari kamar mandi ke kamar cuman pakai handuk doang. Wong 1 koridor isinya cewek semua. Hehehhe.




Youth hostel kece ini juga menyediakan ruang untuk merokok di teras luar, mesin cuci untuk nyuci baju, meja permainan di teras belakang (dimana di meja tersebut diletakkan catur, aneka board game), common room dengan tv layar datar dan beragam dvd yang bisa ditonton secara gratis (sayangnya saya ngga sempet ngeliat langsung ke common room ini karena lokasinya yang ada di lantai 2 Lubd), tempat penitipan tas dan koper (berguna kalau udah check out, tapi flight kita berangkat malem, jadi masih bisa jalan-jalan dulu kan) free wifi access sampai ke kamar, dan 8 komputer untuk akses internet gratis di lobby. Lengkap! Dengan membayar biaya menginap per malam seharga 400 baht, kekurangannya hanyalah, dengan harga segitu tidak termasuk sarapan. Untungnya di sekitaran Lubd banyak hawker-hawker yang menjual snack dan bisa juga beli sarapan di 7-11. Staf Lubd pun ramah-ramah dan masih muda-muda. Saat booking Lubd melalui email, saya langsung diberikan feedback, mereka sangat kooperatif.







Marina HK Restaurant
Setelah segala urusan check in dan membayar deposit untuk kunci kamar beres, kami ber-7 segera unpacking dan bersih-bersih. Berhubung belum sempat makan malam, akhirnya kami siap-siap keluar lagi deh, nyari makan. Saat itu udah lewat dari jam 10 malam, jadi udah agak sepi jalanan di sekitaran Lubd. Jalan ke arah perempatan Siam, kami akhirnya menemukan resto Chinese Food yang buka 24 jam, Marina HK. Makanannya macem-macem ada bubur, ada seafood, ada masakan khas Thai lainnya, dan ya ada masakan yang mengandung babi juga. Tapi berhubung lapar, yasudahlah ya. Yang penting ngga dimakan babinya. Hehehe. Saya memesan kwetiauw dan minum air mineral (78 baht). Cukup mahal juga harganya, mungkin karena harga tersebut udah termasuk biaya untuk menggaji karyawan shift malam kali ya. Di sekitar resto Chinese Food tersebut ada booth-booth yang menjual baju-baju cewek. Radar belanja mulai nyala nih, tapi berhubung udah malem, booth-booth tersebut udah siap-siap tutup. Selesai makan, berhubung udah ngga ada lagi yang bisa dilihat, kami pun balik ke Lubd dengan berjalan kaki. Dan segera tertidur sampai kamar karena esok harinya kami mau shopping di Chatuchak Weekend Market! Yiihhaaa.. 

*PS: Berhubung saat ke Bangkok saya belum punya digicam, jadi semua foto-foto di postingan ini saya minta dari kamera Choco dan Lulu. Makasih ya, Choco dan Lulu, foto-fotonya :) Tulisan Choco tentang Bangkok bisa dibaca disini ya :) 

3 comments:

  1. ah,,, 6 april ini saya juga bakal ke bangkok dan nginap di Lubd Bangkok Siam juga
    Recommended banget ini tempat :D

    ReplyDelete
  2. Mbak, penitipan kopernya di hostel itu gratis?

    ReplyDelete

 

Copyright © the journey of one amateur flashpacker Design by Free CSS Templates | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger