Monday, July 30, 2012

pongos jadi turis di Bangkok - part 2

Selamat pagi, Bangkok! Berdasarkan rencana di itinerary yang udah dibuat dan disetujui, hari ini kami mau belanja sepuasnya di Chatuchak Weekend Market. Saat berangkatjam 09.00 dari Lubd, langit Bangkok agak mendung. Tapi mendungnya langit tentu ngga melunturkan semangat kami untuk borong belanjaan dong! Melihat Bangkok di pagi hari mengingatkan saya akan Jakarta. Ya, kota ini begitu mirip dengan Jakarta, tak hanya karena perawakan orang-orangnya yang mirip dengan orang Indonesia. Tapi juga suasana kotanya, macet di pagi hari, mobil yang seradak-seruduk terburu-buru. Suhu udara pun hampir sama, hanya saja Bangkok memiliki tingkat kelembapan udara yang lebih tinggi daripada Jakarta. Bangkok membuat saya cepat betah. Perhatian saya kemudian teralihkan karena ternyata stasiun BTS MoChit udah dekat. Untuk ke Chatuchak ada beberapa pilihan transportasi. Bisa naik BTS atau MRT. Kami memilih menggunakan BTS. Naik dari National Stadium, transit di Siam lalu melanjutkan perjalanan sampai ke stasiun MoChit (35 baht). Dari situ jalan kaki sedikit melintasi Chatuchak Park dan deretan penjual makanan pinggir jalan. Dan masuklah ke Chatuchak Weekend Market.

Chatuchak Weekend Market 
Is one of the must visit place in Bangkok. Namanya weekend market, bukanya ya cuma hari sabtu dan minggu. Makanya kalau belanja jadi tujuan utama jalan-jalan ke Bangkok, jangan lupa pas beli tiket ke Bangkok, harus kena hari sabtu dan minggu ya, biar bisa ke Chatuchak. 

Kenapa Chatuchak jadi salah satu tempat yang wajib dikunjungi kalau ke Bangkok? Karena segala macam barang bisa ditemukan di sini. Dengan 27 section dan 15.000 booth yang buka di pasar ini, bisa dibayangkan kan, betapa besarnya dan beragamnya barang jualan? That's why, 1 hari itu ngga cukup untuk mengeksplor seluruh section di Chatuchak. Paling banyak memang booth yang berjualan baju dan aksesoris, tapi kalau mau cari oleh-oleh, peralatan rumah tangga, perabotan sampai perlengkapan untuk hewan peliharaan di Chatuchak juga ada, tentunya dengan harga yang sangat murah. Apalagi kalau belinya borong. Nawarnya bisa sampai setengah harga! 

Kalau ke Chatuchak jangan lupa bawa peta Chatuchak, bisa diambil di pusat informasi yang terletak di dekat pintu masuk utama Chatuchak. Datangnya sebaiknya dari pagi, kalau bisa pas pasar baru buka, udah standby di sini. Lumayan kalau dapat harga penglaris :p Rata-rata pedagang di Chatuchak mengerti bahasa Inggris, jadi ngga perlu khawatir bakal lost in translation. Beberapa booth juga udah men-display harga barang yang dijualnya. Meskipun Chatuchak termasuk pasar tradisional, tapi hampir tidak ditemukan daerah becek dan sampah yang berserakan. Booth-booth jualannya ditata apik dan kebersihannya pun terjaga. Preman-preman pasar pun hampir tidak ditemukan. 

Sempet-sempetnya sebelum masuk ke area Chatuchak, kami beli paha ayam goreng yang dijual di pinggir jalan, sekalian nambah-nambah sarapan. Enaaakk, harganya hanya 12 baht aja :) Masuk ke Chatuchak, bengong-bengong deh kami. Bingung mau kemana, walaupun udah bawa peta Chatuchak. Akhirnya kami membuat kesepakatan untuk jalan sendiri-sendiri atau berdua-dua, pokoknya jam 12 harus berkumpul di menara jam (clock tower)




Clock Tower, Chatuchak Weekend Market
Menara jam adalah landmark dari Chatuchak. Lokasi menara yang berada di tengah pasar menjadi tempat yang ideal untuk dijadikan meeting point. Tanpa babibu lagi, kami langsung menyebar. Pertama keliling, saya masih malu-malu untuk belanja, masih liat kanan kiri, jalan-jalan sambil ngetek-in tempat-tempat baju lucu. Lalu saya menemukan sebuah 'oase', surga belanja di dalam surga belanja. Hehehe. Jadi ceritanya saya menemukan section khusus yang menjual baju-baju kreasi para desainer muda dengan tampilan toko yang lucu-lucu. Kenapa saya tau itu dibuat oleh desainer muda? Karena desain dan potongan bajunya nyeleneh-nyeleneh, asimetris lah, tabrak warna dan motif, unik! Ngga kalah sama baju-baju di area Level One-nya Grand Indonesia. Mendadak langsung kalap. Rasanya pengen dibeli semua tuh baju-baju.








Selain baju kreasi desainer muda, baju-baju yang dijual di Chatuchak itu bukan sembarang baju. Sering ke ITC Kuningan kan? Nah, baju-baju Chatuchak itu baju-baju yang banyak dijual di ITC Kuningan, berbahan chiffon, warna warni, dengan harga jauuuhhh lebih murah. Bayangin aja, ada baju-baju chiffon yang kalau di Jakarta harganya 150.000-an, di Chatuchak baju tersebut dijual mulai dari 100 baht alias 30.000 aja kakaaaak. Gimana ngga mau borong? :p 








Saman Islam
Tak terasa waktu udah menunjukkan pukul 12.00. Saatnya berkumpul di menara jam. Banyak yang masih asyik belanja, akhirnya baru lengkap jam 1-an. Di deket menara jam ada rumah makan Thailand muslim. Namanya Saman Islam. Dan siang itu restonya penuuuuhh banget, yang ngantri panjang. Mungkin karena banyak muslim yang berbelanja di Chatuchak? Atau memang makanannya enak? Ternyata karena makanannya enak, saudara-saudara! Saya memesan Tom Yam Seafood tanpa nasi dan Thai Iced Tea. Autentik Thailand bener deh makanannya, biarin saya kan anak mainstream :p. Pongos yang lain ada yang makan Pad Thai, Nasi Goreng, Nasi Kari, dan lain-lain. Yes, Tom Yam Seafoodnya juara banget! Enaaaaakkk. Perpaduan rasa gurih dan asam kuahnya menyatu sempurna dengan kesegaran seafood-nya. Ada udang, cumi, ikan. Thai Iced Tea nya juga endeus bener rasanya, manisnya pas dan ngga terlalu kental. Ngga ngerti deh itu beneran rasanya enak apa ada pengaruh juga dari cape dan haus abis keliling-keliling Chatuchak. Hehehe. Pokoknya rumah makan ini bisa jadi salah satu pilihan yang oke kalau mau makan di tengah-tengah aktivitas belanja. 





Selesai makan, bikin kesepakatan lagi untuk ketemu di menara jam pukul 17.00. Belanja pun dilanjutkan kembali, kali ini saya berpasangan dengan Lulu, soalnya mau sekalian patungan nyari oleh-oleh untuk anak-anak kantor. Berhubung udah makan banyak, tenaga bertambah dua kali lipat, dan untungnya belanja jadi cepet, karena udah tau mau beli apa dan kemana. Jam 5 lewat dikit, saya dan Lulu sampai di menara jam. Lagi-lagi belum ngumpul semua. Yaudah mau ngga mau harus nunggu. Selama di Bangkok, kami memang ngga beli sim card lokal, karena nyari di 7-11 susah, sempat nemu booth-nya di Chatuchak, yang jaga ngga bisa bahasa Inggris. Yaudah jadi kalau mau kumpul bener-bener harus tepat waktu, mengandalkan telepati dan sabar menunggu. Akhirnya mulai pada datang. Tapi tetep ya namanya juga cewek-cewek doyan belanja, deket menara jam ada booth jualan baju lumayan lucu, sambil nunggu yang lain datang, saya dan Mely masih sempet-sempetnya beli sepotong baju :D 

Akhirnya baru bener-bener keluar dari Chatuchak sekitar jam 18.30. Kaki pengkor, keringetan, lecek bener deh, mesti buru-buru balik ke Lubd karena kami mau nonton aksi LadyBoy di Calypso Cabaret malamnya. Tiket nonton LadyBoynya beli di temennya Mely yang tinggal di Bangkok dan kerja di perusahaan travel seharga 500 baht, lumayan harganya lebih murah daripada harga yang di-publish di internet. Balik ke Lubd naik BTS lagi. Kebetulan di stasiun BTS MoChit itu ada telepon umum, Mely menghubungi temennya untuk atur ketemuan ambil tiket, mereka setuju untuk ketemu di lobby Lubd. 

Sampai di Lubd, siap-siap mandi. Eeeeh, Mely bikin cerita, baru sadar dia, salah satu belanjaannya ada yang ilang. Sepertinya ketinggalan di tempat telepon umum di stasiun BTS MoChit. Hayaaahh. Ditemenin sama temennya, Mely pun balik lagi menelusuri perjalanan dari Chatuchak ke Lubd. Dan hasilnya nihil, belanjaannya ngga ketemu, padahal belanjaan yang ilang itu adalah tas tangan oleh-oleh untuk ibunya.  Celaka dua belas.


Siam Square
Perut mulai lapar. Atas rekomendasi temennya Mely, kami memutuskan untuk mengunjungi pusat jajan kaki lima di Siam Square. Naik TukTuk dari depan Lubd, karena udah ngga kuat jalan kaki. Sampai di Siam Square, tempatnya kosong, saudara-saudara. Nah lho. Tanya kanan kiri ternyata hari itu memang pas banget harinya pusat jajan kaki lima itu tutup lebih awal. Duh, sial amat ya. Berhubung waktu semakin mepet dengan jam mulainya pertunjukan Calypso Cabaret, kami akhirnya memutuskan untuk langsung berangkat ke Asia Hotel, lokasi pertunjukan Calypso Cabaret, dengan taksi. Baru jalan ke halte, tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Haduh, cobaan demi cobaan ngga kelar-kelar, kayanya ada aja yang menghalangi kami untuk nonton aksi LadyBoy, apa emang ngga boleh ya? Tapi untungnya kami cepat dapat taksi, langsung nyuruh sang supir untuk tancap gas. Makin panik pas sadar saat itu jalanan yang tergenang air mulai macet. 



Calypso Cabaret
Kami berhasil sampai di Asia Hotel tepat waktu! Buru-buru nukerin tiket di loket dan masuk ke tempat pertunjukkan. Tiket nonton udah termasuk gratis minuman. Berhubung abis ujan-ujanan saya memesan teh hangat. Aksi LadyBoy sungguh memukau. Mengocok perut tapi tetap berkelas, para LadyBoy itu ternyata benar-benar bertalenta, gemulai menari, maksimal dalam berakting. Koreografinya keren, kostumnya pun niat-niat banget. Dan lagi-lagi saya kagum sama tubuh mereka. Maaaakk.. kakinya pada mulus dan langsing-langsing bangeeeettt, pinggul bak gitar spanyol, bagian dada pun membusung dengan indahnya, sedangkan bentuk alat kelamin prianya udah tak terlihat. Amboy deh, bener-bener lebih cantik dari cewek tulen. Kabarnya aksi LadyBoy di Pattaya lebih keren, LadyBoynya juga lebih cantik-cantik. Tapi berhubung kami ngga sempat ke Pattaya, Calypso Cabaret ini cukup memuaskan rasa penasaran kok. 










Coco Walk
Perut makin keruyukan akibat belum makan, untung aja di seberang Asia Hotel ada food court Coco Walk yang didominasi oleh bar-bar. Bentukannya seperti Kemang Food Fest kalau di Jakarta. Langsung meluncur kesitu, untungnya ada resto yang masih buka. Lumayan juga makanannya, walaupun harganya agak mahal. Kelar makan langsung balik ke Lubd naik taksi.


*PS: Lagi-lagi karena belum punya digicam, jadi foto-foto di postingan ini saya ambil dari kamera Choco, Lulu dan Omie. Makasih yaa.. hihhihi..

0 comments:

Post a Comment

 

Copyright © the journey of one amateur flashpacker Design by Free CSS Templates | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger