Thursday, November 17, 2011

Amateur Traveler Exploring Bali - Part 4

0 comments
Originally posted in here, Sep9, 2010

"Traveling it gives you home in a thousand strange places, then leaves you a stranger in your own land" - Ibn Battuta 

Day 4: 3 June 2010

Hari terakhir kami di Bali, dipakai untuk belanja oleh-oleh di Pasar Sukawati. Sengaja berangkat pagi-pagi, biar sampai sana pasarnya baru buka dan kami bisa dikasih harga murah, harga penglaris namanya. Berbekal ingatan harga oleh-oleh Bali di toko Krisna, dengan semangat '45 kami melihat dan menawar. Lumayan bisa dapet harga yang murah meriah untuk aksesoris. Gelang, cincin beli banyak banget, anting, lulur Bali, baju bordir Bali, kacang Bali sampai titipan orang-orang. Waktu yang dialokasikan buat belanja ke Sukawati sih 1 jam, maksudnya biar ngga ketinggalan pesawat yang take off jam 15.00. Eh molor, jadi 2 jam di Sukawati. Lalalala... 

Dari Sukawati, lanjut ke tempat jual Pie Susu Bali (Ibu Tantri: 0813 3755 7888 / 0361 7842 073) di Jln. Nangka Gg. Nuri I/14, Br.Umasari - Denpasar. Untungnya kami udah booking Pie Susu Bali ini seminggu sebelum berangkat, dan ngingetin Ibu Tantri sesampainya di Bali, jadi tinggal ngambil aja pesanan kita di tempat bikinnya. Pie Susu Bali ini adalah salah satu makanan kecil dengan rasa manis, terbuat dari kulit pie yang diatasnya dikasih adonan susu seperti vla pudding. Sekarang Pie Susu Bali punya 2 rasa, original dan coklat. Kalau kami bertiga sih sukanya yang original aja, lebih manis. Nambah lagi deh belanjaan hari itu, saking banyaknya, sampai bingung nempatinnya di bagasi mobil Karimun.


Pie Susu siap dikemas
Pie Susu siap dibawa pulang


Barang-barang beres semua, berangkat lagi, kali ini tujuannya cari makan siang. Berhubung Lia ngidam makan babi (kebayang-bayang harumnya Babi Guling Ibu Oka di Ubud waktu itu, mobil pun diarahkan ke saerah Sanur, kata Bli Kadek, babi guling disana enak juga. Agak lama juga nunguin Lia beli makanan tuh. Kalau saya dan Eka akhirnya cari makanan halal di Warung Wardhani, Denpasar. Saya makan nasi pakai sate udang dan sambal. Lumayan enak juga, meskipun harganya agak mahal.

Saat itu waktu udah menunjukkan pukul 13.45 dan kami masih berada agak jauh untuk sampai di bandara Ngurah Rai. Eng ing eng, deg-degan takut ketinggalan pesawat, Bli Kadek pun kemudian memacu kendaraannya, jalanan kota agak macet. Makin deg-degan. Akhirnya sampai airport jam 14.00, turunin barang-barang, bayar biaya rental mobil Karimun ke Bli Kdek dan buru-buru masuk airport buat check in. Akibat terlalu banyak belanjaan, saya terpaksa nembah bawaan pakai tas belanja dari kain. Maksud hati biar ngga bawa banyak bawaan di kabin pesawat, mau ngga mau tas kain itu harus masuk bagasi kan? Akhirnya nambah bayar Rp 30.000 untuk wrapping tas biar isinya ngga jatuh di bagasi. Fasilitas wrapping tas ini ada di bandara Ngurah Rai dan Soekarno Hatta. 

Ngantri di counter check in. Untung aja udah siap dengan dokumen web check in kami, jadi ngga usah nunggu lama-lama untuk dicariin kursi. Ternyata kami rombongan terakhir yang check in. Sementara pesawatnya on time, udah stand by di airport. Huaa..lari-lari lagi deh terus bayar airport tax Ngurah Rai Rp 30.000. Alhamdulillah, sampai juga di pesawat. 


we're (not) ready to go back to Jakarta 
Kali ini saya beruntung menang suit sama Eka untuk dapat duduk di pinggir jendela. Jadi, selama beberapa menit mulai dari pesawat take off hingga mengudara, saya menikmati pemandangan langit biru dan awan Bali yang bersih, sampai ketiduran. Sekitar pukul 16.00 kami sampai di Jakarta lagi. 



Sampai jumpa, Bali. Saya belum puas lho jalan-jalan disana, jadi pasti akan kembali lagi tahun depan. Doakan kita bertemu kembali yaaa.. Amin.. See you...
Read full post »

Amateur Traveler Exploring Bali - Part 3

0 comments
Originally posted in here Sep 8, 2010

"Time is flying, never to return" - Virgil Quotes 

Day 3: 2 June 2010 

Time is really flying when we're in Bali, ngga kerasa udah hari ketiga kami berada di pulau ini, tinggal 1 hari lagi kami disana. Rasanya pengen extend deh. Memanfaatkan waktu yang ada dengan sebaik-baiknya, jadi sebuah kewajiban. Sengaja di hari ketiga, kami bangun pagi, mengingat banyak tempat yang akan dikunjungi. Perhentian pertama, Monumen Bom Bali (ground zero). Sebenarnya letak monumen ini dekat sama hotel, tapi setiap melewati daerah ini, entah kenapa ada aja hal yang bikin kami ngga bisa mengabadikan momen, misalnya baterai kamera abis atau malam-malam lupa bawa digicam, cuma ada kamera handphone. Kami sengaja meluangkan waktu sebelum jalan-jalan untuk foto-foto dulu. Monumen ini didirikan tepat di lokasi Paddy's Club tempat terjadinya tragedi bom Bali tahun 2002 silam. Di tugunya tertulis ratusan nama korban bom bali 1. Kabarnya setiap tanggal 12 Oktober diadakan upacara peringatan yang dihadiri oleh keluarga korban dan perwakilan negara.


Monumen Bom Bali


Perjalanan kemudian dilanjutkan ke daerah Kuta Supernova, beli nasi bungkus untuk makan siang di Warung Nasi Pedas Ibu Andika. Karena masih pagi, saat kami kesana tempatnya masih sepi, padahal biasanya rame terus seharian (review Nasi Pedas Ibu Andika ada di paragraf bawah ya). Abis itu langsung jalan lagi ke daerah Tanjung Benoa. Yeah! We're gonna do some water sport! Parasailing dan Banana Boat jadi pilihan kami. Sengaja udah booking dan bayar DP sebelum ke Bali, demi dapetin harga lebih murah lewat WaterSportDiBali. Orang-orangnya kooperatif dan cepat tanggap kalau ditanya lewat email. Paket Parasailing dan Banana Boat dibandrol Rp 125.000. tiket watersport udah di tangan, cari alamat vendornya, langsung main. Fyi, di Tanjung Benoa, penyedia watersport ada banyak banget, bahkan di jalan menuju kesana, ada orang-orang naik motor sambil bagi-bagi brosur ke mobil-mobil yang lewat. Lebih enak kalau udah booking dari hari sebelumnya, tinggal dateng dan bayar sisanya.

Setelah sampai, langsung ganti baju dan pakai sunblock. Kami kemudian 'digiring' ke sebuah gazebo untuk dipakaikan vest, sarung tangan dan di briefing untuk naik Parasailing. Ngga sabar mau nyoba, walaupun terselip rasa deg-degan juga. Antrian yang mau naik Parasailing cukup panjang, matahari yang bersinar juga lagi semangat-semangatnya, langsung tanning instan deh kulitnya! 


Akhirnya tiba giliran Lia yang naik pertama, start mulus, bisa mengudara, tapi kejadian berikutnya ngga terduga banget. Saya dan Eka yang lagi serius-seriusnya mengabadikan aksi Lia di udara lewat kamera, tiba-tiba kehilangan jejaknya. Padahal cuma lagi melengos sebentar buat ngatur focus. Tiba-tiba Lia udah ilang aja, sempet denger kru watersport ngomong "ada yang nyemplung tuh gara-gara kapal kesangkut plastik". Bingung itu maksudnya Lia bukan ya. Tunggu punya tunggu, akhirnya Lia muncul dengan basah kuyup, ya, dia beneran nyemplung! Jadi ceritanya, Lia udah sukses nih mengarungi udara, tiba-tiba kapal yang narik Parasailingnya dia, mesinnya mati, gara-gara kesangkut plastik, yaudah bisa dipastiin Lia terjun bebas ke laut. Alhamdulillah jatuhnya ke laut, kalau nabrak karang gimana. Serem juga ya kan? Untungnya abis itu Lia boleh ngulang lagi naik Parasailingnya. Percobaan kedua, sukses! 


Giliran berikutnya, Eka, sempat ngga mulus juga pas take off, tapi sampai di atas dan landing sih dia selamat. Hehehe. The next and last is me! Take off? Alhamdulillah lancar. Cuma karena baru pertama kali jadi agak kagok serem gitu. Sampai atas, Wuih..bengong liat pemandangan keren banget! Sensasi flying like a bird bener-bener kerasa. Subhanallah. Walaupun kurang lama Parasailingnya, tapi saya senang bisa menikmati melayang-layang di langit Bali menyaksikan pemandangan yang begitu indah. Next, penasaran nyobain Paralayang di Puncak.

Parasailing Tanjung Benoa

Ok, sekarang saatnya naik Banana Boat. Ini kedua kalinya saya ber-Banana Boat, seru sih seru yaa, tapi antiklimaks karena terakhirnya ngga 'dijatuhin'. Mungkin gara-gara mas-mas kru watersportnya takut Lia yang abis nyemplung bakalan marah-marah kalau dijatuhin lagi kali ya? Akhirnya, karena kami ngomel-ngomel ngga dijatuhin, mas-mas Banana Boat memberhentikan boat agak jauh dari pantai "Tuh, neng..biar basah turun disini aja ya". Bete ngga sih digituin? ( -_-")


Anyway, kelar watersport, bilas dan langsung jalan lagi. Makan siang terpaksa di mobil demi mengejar waktu. Saatnya membuka bungkusan Nasi Pedas Ibu Andika, hmm..aroma yang menggugah selera seketika tercium. Saya memilih lauk ayam suwir, tempe orek dan tumis kangkung untuk dipadukan dengan nasi dan sambal yang jadi primadona. Harganya ngga lebih dari Rp 20.000. Warung Nasi Pedas Ibu Andika ini jadi salah satu kuliner wajib cicip saat ke Bali lho.


Destinasi berikutnya adalah GWK, tapi tiba-tiba saya melihat papan nama Museum Pasifika Bali, salah satu museum yang berpartisipasi pada penyelenggaraan Bazaar Art Jakarta 2009. Didorong rasa penasaran, akhirnya kami mencari museumnya, ternyata museumnya terletak di kompleks hotel mewah di daerah Nusa Dua dan tiket masuk museumnya Rp 70.000! Yak! batal, ngga jadi masuk, mahal beneur.



Keluar kompleks, Bli Kadek kemudian mengusulkan kami ke Pantai Geger, salah satu public beach yang letaknya di sebelah persis pantainya St.Regis. Wuih, pantainya enak banget! Butiran pasir putih yang halus, birunya laut, debur ombak yang tidak terlalu besar, awan putih bergulung-gulung melukis langit, dan sinar matahari yang terik. Sebuah pantai yang cantik! Ditambah deretan kursi dan payung pantai yang berbaris dengan rapi, cafe-cafe pingir pantai yang tertata rapi, dan lagi-lagi sepi, hanya ada turis asing yang duduk sambil membaca novel, sunbathing atau surfing. Tidak ada turis lokal. Rasanya saya ingin nyebur ke laut saat itu juga. Sayang ngga bawa baju renang, karena hari itu memang tidak ada jadwal main di pantai. Akhirnya hanya foto-foto sambil bermain air kecipak kecipuk aja deh. Pantai ini memang tempat yang tepat untuk bersantai dan menikmati pemandangan pantai. Di Geger, kami juga sempat membeli es kelapa batok. Kelapanya gede banget, harganya lumayan Rp 20.000. :)

Geger Beach


Perjalanan kemudian dilanjutkan ke GWK alias Garuda Wisnu Kencana. GWK adalah proyek cultural park yang belum selesai, karena waktu itu terkena krisis moneter. Kabarnya baru 25% yang jadi dari total seluruh konsep pembangunan. Tapi menurut saya, unfinished project ini keren banget. Belum jadi aja udah keren banget gitu, apalagi kalau udah jadi. Ngga kebayang deh, mana kompleksnya luas banget! Lucu kali nih, kalo foto pre-wed atau bahkan nikah di GWK..hihi... Masuk ke kompleks GWK dikenai biaya Rp 25.000. Begitu masuk langsung deh cari spot foto-foto. Kayanya setiap sudut bagus buat foto-foto deh. Lagi seru-serunya berpose. Tiba-tiba fenomena ujan labil Bali kembali muncul. Awalnya matahari lagi ngejreng-ngjrengnya kok, eh langsung mendung dan ujan deras banget. Lari-lari deh nyari tempat neduh. Agak lama tuh ujannya, sampai akhirnya berhenti dan kita keliling-keliling lagi. 


Garuda Wisnu Kencana



Dari GWK meluncur ke Uluwatu. Pasti udah banyak yang tau kan soal Uluwatu? Pura diatas tebing ini memang menghadirkan pemandangan yang indah. Paling pas kalau kesini sambil menyaksikan matahari terbenam. Harga tiket masuknya juga murah meriah Rp 3.000, tapi kalau mau melihat pertunjukan tari Kecak sambil melihat sunset, harus bayar biaya tambahan Rp 50.000. Ingat, harus waspada sama monyet-monyet yang berkeliaran bebas di Uluwatu. Mereka suka iseng nyomot barang-barang yang kita bawa. Pas kami kesana, kebetulan lagi ada upacara keagamaan, jadi makin rame. Awalnya berniat nonton sunset sambil nonton tari kecak, tapi berhubung keinget harus buru-buru ngetekin tempat makan malam di Jimbaran. Kami langsung kabur sebelum sunset deh. Next time kalau ke Bali, saya mau kesini lagi dan nonton kecaknya.

Pura Uluwatu

Selesai di Uluwatu, langsung beranjak ke Jimbaran. Pilihan restorannya Menega Cafe, (0361 705 888) salah satu restoran yang banyak diminati, ngga heran deh kalau tiap hari pasti penuh dan suka ngantri. Sampai sana untungnya belum begitu rame, masih bisa pilih-pilih tempat duduk. Melihat-lihat menu, bingung, terlalu banyak yang mau dimakan. Hahaha. Akhirnya ngeliat ada paket hemat untuk 1 orang isinya ada nasi, minuman, jumbo prawn, 1/2 ikan bakar, 3 tusuk sate cumi, dan 3 clams/kerang, cah kangkung beserta saus dan sambal pelengkapnya. Yoih banget ngga tuh. Paket untuk 1 orang aja segitu banyaknya ya kan? Akhirnya pesan paket itu deh 2 porsi. Dan benar aja, pas datang, asli, banyak banget tuh makanan. Pertama makan sih semangat, lama-lama temponya melambat, mulai kenyang. Sampai akhirnya ngga sanggup lagi ngabisin jumbo prawnnya satu, kami kasih ke Bli Kadek akhirnya. Dan racikan Menega Cafe nikmat banget, baru pertama tuh makan seafood enak banget gitu, apalagi clamsnya. Duh, mau lagiii! Dan, total kerusakan untuk makan dan minum bertiga Rp 210.000 sajaaaa. Senangnyaaa!

Menega Cafe, Jimbaran

Ikan Bakar, Udang Bakar, Clams, Sate Cumi
Tumis Kangkung

Perut kenyang, langsung balik ke hotel, eh tempat minum andalan yang dibawa kemana-mana malah ketinggalan di Menega, berhubung udah jauh, ngga mungkinlah balik lagi, akhirnya direlain aja deh :( Sampai hotel, bau bakar-bakaran masih nempel di baju dan rambut, akhirnya mandi dulu deh, baru jalan keluar lagi, menikmati malam terakhir di Bali, sambil web check in Air Asia di warnet. 

Legian rame banget malam itu, antrian mobil yang kena macet, hingar bingar musik yang membahana dari club ke club, bule-bule seliweran, sampai akhirnya kami memutuskan untuk beli gelato di kios yang terletak di sebelahnya Maccaroni Club. 1 cup yang kecil Rp 15.000, kami beli 2 untuk dimakan bertiga. Duduk di emperan toko, sambil melihat 'pemandangan' Legian. We surely gonna miss this place... 

Lanjut postingan berikutnya... 

PS: seperti biasa, foto-foto versi lengkap hari ketiga di Bali bisa dilihat di facebook
Read full post »

Amateur Traveler Exploring Bali - Part 2

0 comments
Originally posted in here, Sep 7, 2010

"California gurls, We're unforgettable Daisy Duke's bikini's on top Sunkissed skin so hot We'll melt your popsicle..." - California Gurls by Katy Perry & Snoop Dogg 

Day 2: 1 June 2010

Say HELLO to the beach...

Di hari kedua petualangan traveler amatir ini, kami memilih destinasi ke daerah selatan pulau Bali, tepatnya ke daerah Pecatu yang terkenal dengan keindahan pantai dan resort mewahnya. Perjalanan dimulai pukul 09.00. Hujan gerimis yang turun sejak Subuh sempat membuat kami ragu, tapi lalu keinget kalau di Bali curah hujannya mirip ABG (labil...3 menit ujan deres, 3 menit berikutnya bisa panas ngereng-ngereng), jadi jalan ajalah.

Setelah sarapan, kami pun langsung menuju destinasi pertama, pantai Padang-padang diantar Bli Kadek. Pantai ini adalah salah satu lokasi yang dipakai untuk shooting film Eat Pray Love dibintangi Julia Roberts. Dikenal dengan banyaknya anak tangga yang harus dilalui untuk menuju ke pantainya. Sampai disana, hujan masih turun satu-satu, kami segera mengambil barang bawaan dan mulai menuruni tangga yang seakan-akan menebus bebatuan alam menyerupai goa.

Padang-padang Beach
Sampai di pantainya, kami terpana! What a beautiful view! Pantai yang tampak terpencil dan sepi ini memiliki pemandangan yang breathtaking, tak kalah deh sama Phuket. Batu-batu karang besar bertebaran menghias pantai dengan ombak besar. Ngga heran, kalau pengunjung Padang-padang didominasi oleh turis asing yang hobby surfing. Mumpung pantai sepi dan jarang turis lokal, cocok banget buat bikini-an sambil sunbathing :-). Apalagi Padang-Padang termasuk public beach yang masuknya gratis, kecuali ngeluarin uang buat bayar parkir mobil. Sayangnya fasilitas untuk bilas kurang memadai, saat itu kebetulan air pun lagi mati, kami jadinya langsung berangkat ke destinasi berikutnya yang sama-sama pantai juga.


Sekitar jam 14.00, kami beranjak pindah ke pantai lain di sekitaran Pecatu, the famous Dreamland. Masuk ke kompleks Pecatu Indah Resort dilanjutkan ke area parkir pantai Dreamland, dikenai iuran Rp 15.000. Jalan kaki ke area pantai lumayan jauh. Sampai Dreamland, jenggg..ramaaaiii! Bagus banget emang pemandangannya, pantai, laut, tebingnya, tapi ombaknya gede banget, agak serem kalau mau main air. Akhirnya kami nyewa 1 payung dengan 2 kursi pantai seharga Rp 50.000 biar bisa duduk-duduk. Saya dan Eka bahkan sempat membuat tato temporer seharga Rp 30.000. Bosan duduk-duduk dan foto-foto, Lia inisiatif berkeliling dan nemuin tempat lebih enak untuk menikmati pantai dan bermain air. Saya pun akhirnya melihat ke tempat yang dimaksud Lia dan ternyata benar, ada spot lebih sepi di sebelah kanan deretan payung-payung dan kursi-kursi pantai. Bisa lebih bebas, private dan leluasa jika ingin bermain air. Batu karangnya pun tampak lebih sedikit (walaupun harus tahan dengan ombak Dreamland yang sangat besar).

Dreamland Beach





Sama halnya dengan Padang-Padang, di Dreamland fasilitas bilas juga masih kurang memadai, plus matinya air bikin kami terpaksa membeli makanan resto siap saji KFC untuk makan siang lewat drive thru, males turun, saking banyaknya pasir yang nempel di badan dan rambut. Sampai hotel, rebutan kamar mandi. Gatal banget rasanya, pasir-pasir yang nempel di rambut juga susah bersihinnya. Alhasil lantai kamar kotor dengan pasir. Lalalalala. Terpaksa harus nyapu dulu deh sambil nunggu giliran mandi.


Menjelang pukul 18.00 kami berangkat lagi. Kali ini tujuannya pusat oleh-oleh Krisna di daerah Sunset Road. Krisna adalah supermarket yang menjual aneka ragam oleh-oleh khas Bali, seperti halnya toko Mirota Batik di Jogja. Tokonya besar, ber AC, jadi nyaman kalau mau memilih-milih. Disini kami nyicil beli oleh-oleh sambil belanja buat diri sendiri dan sekaligus ngecek harga (persiapan tawar-menawar harga di Pasar Sukawati). Meskipun lengkap, namun karena bentuknya yang seperti supermarket, maka harganya pun fixed, alias ngga boleh ditawar lagi. Kami ngga lama-lama di Krisna, karena perut mulai lapar, jadi langsung jalan ke daerah Seminyak, makan malam di Warung Italia.




Mungkin inilah waktu kuliner yang paling kami tunggu-tunggu. Gimana ngga, kalau makanan Italia udah jadi favorit kami bertiga sejak dulu. Apalagi setelah dengar kanan kiri, browsing sana sini, banyak yang bilang Warung Italia itu enak, porsi banyak dengan harga reasonable, jadi makin ngga sabar kan.




Masuk ke restorannya, rasanya kaya lagi makan di resto Italia beneran, atmosfirnya yang homey, meja dan kursi serba kayu, dan ada tungku pizza besar untuk membakar pizzanya. Kami langsung ngiler liat penampakan pizza yang dipesan oleh meja sebelah. Pizzanya gede banget, hampir menutupi meja untuk 4 orang. Pengen mesen pizza itu, tapi penasaran juga nyobain pastanya, akhirnya kami bertiga memilih makan pasta dengan rasa yang berbeda-beda. Eka: Tagliatelle Panna E Funghi (pasta dengan jamur). Lia: Spaghetti Bolognaisse, dan saya: Tagliatelle Carbonara dan Hot Cappucinno untuk minumnya.

Tagliatelle Panna E Funghi
Spaghetti Bolognaise


Tagliatelle Carbonara

Hot Cappucinno
Lucunya, saya hampir lupa bilang ke waitressnya minta Carbonara halal pakai daging ayam. Untung aja, masih bisa keburu diganti, kalau ngga kan, rugi. Hahaha. Akhirnya makanan datang, karena udah kelaperan, langsung makan sambil nyobain punya yang lain. Ternyata benar, enak banget, porsinya bikin kenyang. Total kerusakan makan dan minum bertiga Rp 125.000 dan ngga ada tax pula. Warung Italia benar-benar bikin senyum kami semakin lebar malam itu. 




Selesai makan, kami bertiga menyempatkan diri jalan-jalan sekitar area Seminyak. Menarik sekali melihat toko dan galeri kecil nan cantik yang menghiasi sepanjang Seminyak, Sebelum balik ke hotel, kami minta diantar ke daerah Kuta lagi, demi berfoto di salah satu landmark Bali, depan logo Hard Rock Hotel Bali..hahahaha... Dan kami pun pulang jalan kaki ke hotel.

Lanjut postingan berikutnya...

Foto-foto lengkap petualangan hari 2 di Bali bisa dilihat di facebook
Read full post »

Amateur Traveler Exploring Bali - Part 1

0 comments
Original Posted in here. Sep 5, 2010

"Tahiti has been spoiled for so many years, but Bali is one of the few cultures with origins in one of the great ancient cultures which is still alive" -Arthur Erickson 

Setelah hampir 8 tahun hanya mengagumi keindahannya dari jauh, akhir bulan Mei yang lalu, saya dan 2 sahabat SMA, Lia dan Eka, kembali ke Bali. Diawali dari pembelian tiket pesawat Air Asia CGK-DPS yang impulsif 9 bulan sebelumnya, diselingi pertengkaran hebat 2 sahabat saya itu, nabung mati-matian, itinerary yang terus-menerus direvisi, delay pesawat yang terobati karena kerennya Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, akhirnya terbayar, ketika pesawat kami landing dengan selamat di Pulau Dewata, Senin dinihari, 31 Mei 2010. Di bandara Ngurah Rai, Bli Oki dari Puri Dewisri (tempat kami menginap) udah sabar menunggu di pintu keluar, jadi langsung angkut barang dan berangkat ke hotel.



Puri Dewisri ternyata homey dan pas untuk kami bertiga, 1 kamar dengan 1 tempat tidur double, kamar mandi dalam, AC, hot water dan breakfast (roti bakar + telur + teh) untuk 3 orang setiap hari, seharga Rp 200.000/malam. Terjangkau kan? Pelayanan memuaskan dan lokasinya yang strategis (agak masuk ke salah satu gang di jalan Legian) bikin gampang kemana-mana, walaupun akhirnya tetep ketemu macet melulu kalau pulang dan pergi. Sampai di hotel, unpacking, dan langsung tidur. 

Day 1: 31 May 2010

Perjalanan dimulai pukul 9 pagi. Bli Kadek, driver dari rental car Pak Ngurah (0812 3915 234) nyasar jemput, terus sempat terhambat juga gara-gara ban mobil yang rusak dan bensin abis, terpaksa tukar mobil dulu. Tapi overall, Bli Kadek baik banget, kooperatif dan tau banyak tentang Bali, ngga usah takut kesasar kalau disetirin sama dia, dijamin! Destinasi pertama yang kami kunjungi, adalah daerah Ubud, sekitar 2 jam perjalanan dari Legian. Seneng banget di Ubud, udaranya yang adem, pemandangan indah serba hijau dan atmosfer seni yang kental, bikin saya ingin tinggal di kota ini suatu hari nanti. Ngga heran kalau Ubud jadi kota terbaik se-Asia pilihan pembaca majalah pariwisata yang berbasis di Amerika Serikat, Conde Nast Traveller, awal Januari lalu. 

Museum Antonio Blanco jadi destinasi pertama yang kami datangi di Ubud. Setelah membayar HTM Rp 30.000, kami masuk dan disuguhi welcome drink. Di dalam museumnya, saya langsung terkagum-kagum melihat karya Antonio Blanco yang didominasi gambar wanita bertelanjang dada. Alih-alih merasa terkespos dan dilecehkan, saya malah menikmati setiap pesan yang tersirat dalam setiap lukisannya. Apalagi saat saya melihat gambar istri Antonio Blanco, Ni Rondji, rasa cintanya yang begitu besar terhadap sang istri, terlukis dalam lukisan itu. Di Museum itu, kami juga sempat berkeliling ke rumah lama dan bengkel kerja Antonio Blanco serta mengintip galeri lukisan karya Mario Blanco, anak dari Antonio Blanco.




Perjalanan dilanjutkan ke area Pura Agung Ubud dan Pasar Ubud, kebetulan pura-nya lagi tutup jadi singgah untuk foto-foto sebentar aja, dan langsung lanjut ke Pasar Ubud, saya cuma beli topi rotan aja. Saatnya makan siang! Banyak orang ke Ubud ngebet nyobain Bebek Bengil, kalau tim kere kaya kami sih, nyobain kuliner yang murah meriah dengan rasa yang ngga kalah nikmat udah jadi pengalaman yang menyenangkan. Mobil pun segera meluncur ke Nasi Ayam Kadewatan Ibu Mangku. Per porsi nasi ayam dan lauk lain Rp 12.000, minuman es teh manis Rp 3.000. Dengan porsi yang cukup banyak, mengeluarkan uang Rp 15.000 worth it kan? 

Nasi Ayam Kadewatan Bu Mangku

List berikutnya dalam daftar itinerary adalah Pura Ulun Danu di daerah Bedugul. Kira-kira 1 jam perjalanan dari Ubud. Di jalan menuju Bedugul, kami melewati Pura Taman Ayun, yang terlihat ramai dari luar, tergelitik rasa penasaran, akhirnya mampir impulsif deh kesitu. Uniknya pura ini didominasi warna kuning dan punya banyak spot menarik untuk foto-foto. HTM pun murah meriah Rp 3.000 aja. 


Memasuki daerah Bedugul, udara mulai dingin, maklum Bedugul memang dikenal sebagai daerah Puncak-nya Bali, mirip dengan Kintamani. Masuk ke Pura Ulun Danu, HTMnya Rp 7.000. Keunikan dari Pura Ulun Danu adalah letak pura-nya yang berada di tengah Danau Bratan, sebelum menuju ke pura, pengunjung juga bisa menikmati hijaunya taman dan pohon-pohon di sekitarnya. Ada beberapa pelukis karikatur wajah yang memamerkan dan menawarkan jasanya di sudut-sudut taman. 




Setelah puas menjelajah Pura Ulun Danu, sempet bingung mutusin mau kemana lagi. Menurut itinerary sih, berkunjung ke Kebun Raya Eka Bali yang ada di dekat Pura Ulun Danu, tapi tiba-tiba kami pengen liat sunset di Kuta atau Tanah Lot. Pikir-pikir, akhirnya kami tetap ke Kebun Raya Eka Bali, nanggung soalnya, udah deket situ juga. Dengan membayar HTM sebesar Rp 12.000/orang dan mobil Rp 7.000 kami udah bisa mengelilingi kompleks Kebun Raya dan menikmati pemandangan sekeliling. Bisa dibilang, Kebun Raya Eka Bali ini tampak sangat terawat, berbeda bila dibandingkan dengan Kebun Raya Bogor yang kondisinya memprihatinkan :p. Kami mampir ke Rumah Kaktus, tempat budidaya aneka ragam kaktus. cantik-cantik banget kaktusnya. Tiba-tiba ujan turun, langsung masuk ke mobil lagi dan keliling Kebun Raya sebentar pakai mobil, setelah itu langsung meluncur ke Kuta.


Sampai Kuta udah malam. Akhirnya duduk-duduk aja di pantai sambil ngeliat bintang-bintang. Banyak juga bintangnya, padahal lagi mendung. Jarang bisa liat langit malam secantik itu kalau di Jakarta. Puas menikmati Kuta di waktu malam dilanjutkan dengan mencari makan malam. Di itinerary, makan malam di Warung Made Kuta, tapi begitu sampai disana, kok penuh dan crowded banget ya, liat menunya tiba-tiba ngga mood. Akhirnya kami jalan kaki keliling-keliling nyari tempat makan lain. Dan akhirnya memutuskan untuk makan di Warung Kunti yang terletak di ujung Legian. Warung Kunti ini menyajikan hidangan Jepang, mulai dari sushi hingga bento. Saya dan Eka yang doyan banget sushi tentu mesen Sushi. (tapi lupa namanya apa), Lia yang ngga suka sushi, memilih Chicken Teriyaki. Untuk rasa sushi, masih kalah lah ya sama S*sh* T*i, tapi Chicken Teriyakinya juara. Enak banget! Untuk penutupnya, kami pesan Onigiri untuk dimakan bertiga. Yumm. Porsinya cukup mengenyangkan. Setelah diitung-itung, total kerusakan sekitar Rp 200.000-an untuk makan dan minum bertiga.

Onigiri

Unagi Special Sushi


Selesai sudah hari pertama. Panjang ya postingannya? Pasti kebayang dong capenya. Hehehe. Tapi seru banget, dapet banyak foto-foto bagus. Sampai di hotel, charge kamera buat besokannya, sambil liat hasil foto-foto, mandi dan langsung tidur. Tepar dan ngga sabar nunggu pagi besoknya, beach day! :) 

PS: foto-foto lengkap petualangan Bali hari 1 bisa dilihat di facebook
Read full post »
 

Copyright © the journey of one amateur flashpacker Design by Free CSS Templates | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger